“Kajian Konsep dan Kondisi Remaja Saat Ini di Masyarakat Indonesia”
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescare (kata bendanya, adolescentia
yaitu remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Bobak, 2004).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa
(Rumini & Sundari, 2004).
Menurut Hurlock (1999), ciri-ciri
remaja yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai
periode peralihan, masa remaja sebagai usia bermasalah dan masa remaja
sebagai masa mencari identitas.
Masa remaja sebagai usia bermasalah,
dimana masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan
itu, yaitu : 1) sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah; 2) para remaja merasa mandiri, sehingga
mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan
guru-guru. Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka
memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirnya menemukan bahwa
penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
Adapun perkembangan yang terjadi pada
remaja meliputi : perkembangan fisik,
perubahan, perubahan sosial, perubahan moral dan perubahan kepribadian
(Hurlock, 1999)
a. Perubahan Fisik
Masa
remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Perkembangan seksualitas
remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri seks primer dan ciri seks sekunder
(Al-Mighwar, 2006).
Bisa
kita ambil contoh kasus seperti : pada wanita masalah penampilan menjadi hal
yang utama. Perubahan-perubahan yang terjadi terkadang menimbulkan suatu
masalah, khususnya perubahan pada bentuk tubuh. Bagi remaja memiliki tubuh yang
indah adalah modal mereka untuk bersosilisasi dengan lingkungan.Kecenderungan
menjadi gemuk yang mengganggu sebagian besar anak puber selalu merupakan sumber
keprihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja.
Remaja
putri sering kali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya, hal ini
karena adanya lemak tubuh yang bertambah (Hamburg, Wirght dalam Santrock, 2003,
h.93). Hal ini didukung oleh pernyataan Sarlito (2003, h. 53) menyebutkan bahwa
perubahan-perubahan fisik pada remaja menyebabkan suatu kecanggungan karena ia
harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dewasa
ini meningkatnya arus globalisasi, termasuk globalisasi pola konsumsi makanan,
tidak dapat dibendung. Menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI), Prof Dr Herdinsyah MS, saat ini jumlah penderita obesitas di
Indonesia untuk populasi remaja dewasa sudah mencapai angka 18 persen. Angka
ini bahkan lebih tinggi lagi di kelompok dewasa, yaitu bisa mencapai 25 persen
dari total populasi seluruh Indonesia (www.republika.co.id)
Obesitas
jadi hantu yang paling mengerikan buat para ABG, khususnya remaja putri. Semua
mati-matian menjaga berat badan agar stabil di garis langsing. Bisa-bisa tiap
hari menimbang badan, khawatir bertambah bengkak badannya. (Mutazz dalam
www.gaulislam.com
b. Perubahan Emosional
Masa
remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi, sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Emosi remaja yang sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional pada
umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Menurut Gesell,
remaja seringkali mudah marah, mudah dirangsang dan emosinya cenderung meledak
tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Remaja tidak lagi mengungkapkan
amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan
menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang-orang
yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati terhadap orang yang memiliki
benda lebih banyak (Hurlock, 1999).
c. Perubahan Sosial
Salah
satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja
harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum
pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan
keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa,
remaja juga harus membuat banyak penyesuaian baru yaitu penyesuaian diri dengan
pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, nilai-nilai baru dalam
dukungan dan penolakan sosial serta nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin
(Hurlock, 1999).
d. Perubahan Moral
Salah
satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari
apa yang diharapkan oleh kelompok dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan
harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman
seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep konsep
moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku
umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman
bagi perilakunya (Hurlock, 1999)
e. Perubahan Kepribadian
Remaja
merupakan masa sulit, karena pada masa tersebut remaja mulai mencari identitas
diri dan pembentukan kepribadian mulai dibentuk pada saat ini (Hurlock, 1980,
h.210).
Sepanjang
usia kelompok pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar
kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada
individualitas. Anak yang lebih besar ingin cepat seperti teman-teman
kelompoknya. Tiap penyimpangan dari standar kelompok dapat mengancam
keanggotaannya dalam kelompok (Hurlock, 1999).
Masa
awal remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik
dan yang buruk mereka juga menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat
teman-teman mereka. Remaja sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan
sosial dan terdorong untuk memperbaiki kepribadiannya dengan cara membaca
buku-buku atau tulisan-tulisan mengenai masalahnya dengan harapan meningkatkan
dukungan sosial (Hurlock, 1999).
Bagaimana Kondisi Remaja Indonesia Saat Ini?
Pada zaman dewasa ini, kita sebagai manusia telah banyak mengalami
transisi menuju dunia modernisasi dan zaman yang terbuka terhadap perkembangan
dan kemajuan dunia. Banyak hal yang memang harus kita perhatikan dari sudut
yang berbeda untuk kemajuan sebuah Negara, termasuk generasi muda Indonesia
pada saat ini.
Remaja-remaja Indonesia pada saat ini sebagai generasi muda yang
selanjutnya yang akan meneruskan cita-cita sebuah bangsa, untuk memimpin dan
mengatur sebuah Negara, haruslah memiliki kepribadian yang baik,
kecerdasan yang di landasi dengan ilmu dan wawasan yang luas, memiliki jiwa
yang semangat, pikiran terbuka dan tujuan yang baik, berbobot dan bermanfaat
serta berguan untuk kemajuan bangsa dan Negara. Sayangnya generasi muda
Indonesia pada saat ini telah banyak terjerumus pada dunia modernisasi dan
westernisasi sehingga melupakan adat ketimuran yang kita miliki yang di kenal
oleh Negara lain sebagai Negara yang menjunjung tinggi moral dan adat kesopanan
tapi fakta mengatakan lain. Generasi Indonesia saat ini mengalami krisis
identitas dan korban dari gaya hidup hedonisme barat. Semakin banyak life style dari luar Negara Indonesia yang masuk semakin tidak terkandali generasi
muda Indonesia saat ini.
Geliat dunia remaja yang berjumlah 63,4 juta atau sekitar
26,7 persen dari total penduduk Indonesia kian banyak menyita perhatian media.
Sayangnya, kabar dari dunia remaja yang mengisi headline media massa justeru didominasi oleh berita
miring dan negatif. Kasus kenakalan remaja yang mengarah pada kriminalitas
remaja dengan berbagai bentuknya tak henti-hentinya menjadi trending topik,
baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Sudah separah itukah kondisi remaja
saat ini?
Naiknya grafik jumlah kenakalan/kriminalitas remaja setiap
tahun menunjukkan permasalahan remaja yang cukup kompleks. Ini tidak hanya
diakibatkan oleh satu perilaku menyimpang, tetapi akibat berbagai bentuk
pelanggaran terhadap aturan agama, norma masyarakat atau tata tertib sekolah
yang dilakukan remaja. Berikut beberapa bentuk kenakalan remaja yang sejatinya
mengarah pada kejahatan/kriminalitas remaja, yang sering mendominasi
pemberitaan media massa, seperti :
1. Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan
narkoba di kalangan remaja makin menggila. Penelitian yang pernah dilakukan
Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan bahwa 50 – 60 persen pengguna narkoba
di Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Total seluruh pengguna
narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN dan UI adalah sebanyak 3,8
sampai 4,2 juta. Di antara jumlah itu, 48% di antaranya adalah pecandu dan
sisanya sekadar coba-coba dan pemakai. Demikian seperti disampaikan Kepala
Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) BNN, Kombes Pol Sumirat Dwiyanto seperti
dihubungi detikHealth, Rabu
(6/6/2012).
2. Akses Media Porno
Pornografi
dan pornoaksi yang tumbuh subur di negeri kita memancing remaja untuk
memanjakan syahwatnya, baik di lapak kaki lima maupun dunia maya. Zoy Amirin,
pakar psikologi seksual dari Universitas Indonesia, mengutip Sexual
Behavior Survey 2011, menunjukkan 64 persen anak muda di kota-kota besar
Indonesia ‘belajar’ seks melalui film porno atau DVD bajakan. Akibatnya, 39
persen responden ABG usia 15-19 tahun sudah pernah berhubungan seksual, sisanya
61 persen berusia 20-25 tahun. Survei yang didukung pabrik kondom Fiesta
itu mewawancari 663 responden berusia 15-25 tahun tentang perilaku seksnya di
Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali pada bulan Mei 2011.
3. Seks Bebas
Terkait
dengan riset yang dilakukan oleh Puslitbang Kependudukan BKKBN, Darmendra Kumar
Triagi (DKT) Indonesia juga melakukan survei tentang hubungan seks yang terjadi
pada remaja Indonesia berusia dibawah 19 tahun. Menurut hasil survei tersebut,
462 dari 663 responden atau sekitar 69,6 persen, mengaku pernah berhubungan
seks diluar nikah.
Sebuah penelitian yang dilakukan
oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia
melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun.
Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan,Jakarta, Bandung dan
Surabaya.
Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secarasadar melakukan hubungan seks
pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dannorma agama. Tetapi, kesadaran itu
ternyata tidak
mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual
mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebutadalah karena
semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.Hasil penelitian juga
memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi
tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui
teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%).
Hasil
survei DKT Indonesia menunjukkan bahwa 33 persen lokasi yang paling dipilih
untuk melakukan hubungan seks pada remaja Indonesia adalah kos. Berikutnya
hotel sebanyak 28 persen, di rumah perempuan sebanyak 24 persen, dan di rumah
laki-laki 12 persen.
Gerakan
moral Jangan Bugil di
Depan Kamera (JBDK) mencatat adanya peningkatan secara signifikan
peredaran video porno yang dibuat oleh anak-anak dan remaja di Indonesia. Jika
pada tahun 2007 tercatat ada 500 jenis video porno asli produksi dalam negeri,
maka pada pertengahan 2010 jumlah tersebut melonjak menjadi 800 jenis. Fakta
paling memprihatinkan dari fenomena di atas adalah kenyataan bahwa sekitar 90
persen dari video tersebut, pemerannya berasal dari kalangan pelajar dan
mahasiswa. Sesuai dengan data penelitan yang dilakukan oleh Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (Okezone.com,
28/3/2012).
Fakta lain menerangkan
bahwa, contoh dalam berita 12 agustus 2005, Harian Radar Yogyakarta,
memberitakan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dari
januari sampai juli terdapat 62% remaja yang dinikahkan ternyata hamil sebelum
menika. Tepatnya, 74 calon pengantin perempuan yang akan menikah, 46 di
antaranya dalam kondisi hamil. (sumber: majalah sabili No.14 Th. XV 24 januari 2008/15 muharram 1429)
Balai Pasar Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan Sosial (B2P3KS). Departemen Sosial Republik
Indonesia (Depsos RI) melakukan penelitian ilmiah. Penelitian yang bertajuk “
Kehamilan Tidak Dikhendaki Pada Remaja Tahun 2007 “ ini di lakukan di sebuah
kota di Pulau Jawa. Kalangan remaja usia 10-24 thn (sumber: majalah sabili No.14 Th XV 24 januari 2008/15 muharram 1429).
Kepala B2P3KS Dr. Yusnar
Yusuf MA saat melaporkan hasil penelitian ini cukup mengejutkan. Pasalnya, data
tentang kehamilan tidak di khendaki alias hamil di luar nikah dari tahun 2002-2005
angkanya meningkat signifikan. (sumber : majalah sabili No. 14 Th XV 24 januari
2008/15 muharram 1429).
Pada tahun 2002-2005 remaja
yang mengalami kehamilan tidak di khendaki terbanyak adalah mahasiswi 59,22%. Remaja yang tidak terdata status pendidikannya
21,15%. Remaja yang berpendidikan
SMU 17,70%. Secara keseluruhan, remaja
hamil di luar nikah terbesar terjadi tahun 2002 ( 640 kasus). Kemudian tahun
2004 sebanyak (560 kasus) dan tahun 2005 (551 kasus). (sumber: majalah sabili
No. 14 Th. XV 24 januari 2008/15 muharram 1429)
4. Kasus HIV/
AIDS
Pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah sebagaimana
ditunjukkan oleh hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2007.
Sebanyak 13% remaja perempuan tidak tahutentang perubahan fisiknya dan hampir
separuhnya(47,9%) tidak mengetahui kapan masa subur seorang perempuan.
Yang
memprihatinkan, pengetahuan remaja tentang cara paling penting untuk
menghindari infeksi HIV masih terbatas. Hanya 14% remaja perempuan dan 95% remaja
laki-laki menyebutkan pantang berhubunganseks, 18% remaja perempuan dan 25%
remaja laki-lakimenyebutkan menggunakan kondom serta 11% remaja perempuan dan
8% remaja laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan
berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari HIV/AIDS.
Sementara,
data dari Kemenkes tahun 2010, menunjukkan bahwa hampir separuh (47,8%), kasus
AIDS berdasarkan usia juga diduduki oleh kelompok usia muda (20-29 tahun). Hal
ini menunjukkan bahwaperilaku seks beresiko terjadi pada usia remaja.
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany
Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja,salah
satu penyebabnya akibat pergaulan bebas. Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia
termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikahsudah pernah
melakukan hubungan seksual. Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah
Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4%
mempunyai pengalaman hubunganseksual
Mereka terdiri atas putra 27% dan
putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di
Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya
tubuh pada usia remaja
5. Aborsi
Gaya
hidup seks bebas berakibat pada kehamilan tidak dikehendaki yang sering dialami
remaja putri. Karena takut akan sanksi sosial dari lingkungan keluarga,
sekolah, atau masyarakat sekitar, banyak pelajar hamil yang ambil jalan pintas:
menggugurkan kandungannya. Base
line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (2000), di Indonesia
terjadi 2,4 juta kasus
aborsi pertahun dan sekitar 21% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja.
Data yang sama juga disampaikan Komisi Nasional Perlindungan Anak
tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar, sebanyak
62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2 persen remaja mengaku
pernah aborsi (Kompas.com,
14/03/12).
6. Prostitusi
Selain
aborsi dan penularan penyakit menular seksual, gaya hidup seks bebas juga
memicu pertumbuhan pekerja seksual remaja yang sering dikenal dengan sebutan ‘cewek bispak’. Sebuah
penelitian mengungkap fakta bahwa jumlah anak dan remaja yang terjebak di dunia
prostitusi di Indonesia semakin meningkat dalam empat tahun terakhir ini,
terutama sejak krisis moneter terjadi. Setiap tahun sejak terjadinya krismon,
sekitar 150.000 anak di bawah usia 18 tahun menjadi pekerja seks. Menurut
seorang ahli, setengah dari pekerja seks di Indonesia berusia di bawah 18
tahun, sedangkan 50.000 di antaranya belum mencapai usia 16 tahun.
7. Tawuran
Kejahatan
remaja yang satu ini tengah naik daun pasca tawuran pelajar SMAN 70 dengan SMAN
6 yang menewaskan Alawi, siswa kelas X SMA 6. Tawuran pelajar seolah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari perilaku pelajar. Meski sudah banyak jatuh
korban, ‘perang kolosal’ ala pelajar terus terjadi. Data dari Komnas Anak,
jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama
tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di
wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339
kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia (Vivanews.com, 28/09/12).
8. Geng Motor
Karena
longgarnya pengawasan dan ketidaktegasan terhadap geng motor, para angota geng
motor semakin leluasa bertindak brutal. Lembaga pengawas kepolisian Indonesia
(IPW) mencatat ada tiga prilaku buruk geng motor yaitu balapan liar,
pengeroyokan dan judi berbentuk taruhan. Tak tanggung-tanggung, menurut data
IPW, judi taruhan tersebut berkisar pada Rp 5 sampai 25 juta per sekali balapan
liar. IPW juga mencatat aksi brutal yang dilakukan geng motor di Jakarta telah
tewaskan sekitar 60 orang setiap tahunnya. Mereka menjadi korban aksi balap
liar, perkelahian, maupun korban penyerangan geng motor (http://www.radioaustralia.net.au,
18/4/12).
Kejahatan
remaja yang terus meningkat setiap tahunnya menunjukkan bahwa kondisi ini tidak
semata potret buram, tetapi juga kusut dan sulit terurai. Pemerintah seolah
‘angkat tangan’ mengatasinya sampai tuntas. Faktanya, setiap tahun grafik
kejahatan remaja terus beranjak naik. Padahal sudah banyak kebijakan yang
dikeluarkan Pemerintah untuk mengatasi masalah ini, tetapi hasilnya belum
signifikan. Apa yang salah dengan solusi dari Pemerintah?
Bagaimana Solusinya?
Jika di lihat dari latar belakang, generasi-generasi muda saat ini yang
korban dari budaya permisif yang tidak terikat dengan nilai dan norma bisa di
pastikan di antaranya adalah kurangnya pendidikan agama dari keluarga,
kurangnya perhatian, kepudulian, dan kasih sayang dari keluarga, lingkungan
yang tidak mendukung, pola hidup yang terlalu bebas dan individualisme, teman
sepergaulan yang menyukai kehidupan bebas, dan rapuhnya iman serta kepribadian.
Menurut pendapat Psikolog Seksual dari Universitas Indonesia,
Zoya Amirin, data tersebut menjadi indikator bahwa orang tua berperan penting
untuk memberi pemahaman kesehatan seksual sejak masih anak-anak. Terutama saat
anak menginjak dewasa. Karena rendahnya
pengetahuan tersebut menjadikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual
penting untuk diberikan
Menurut Zoya, orang tua mesti bertindak bijak ketika anak
mulai bertanya tentang seks. Sayangnya banyak kasus dimana orang tua justru
menyalahi anak saat bertanya tentang hal terkait seks. Orang tua sebaiknya
menerima pertanyaan tentang seks dari anak, serta menyampaikannya secara jelas
dan lugas.
Pendidikan seks di sekolah, yang disampaikan pada pelajaran
biologi dan agama, mesti dibantu dengan bimbingan orang tua agar anak-anak
dapat memahami dampak bahaya yang berpotensi muncul melalui hubungan seks pranikah.
Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah agar generasi muda
bisa menunjukkan kesiapannya menjadi calon pemimpin masa depan. Berikut
beberapa kebijakan Pemerintah dalam mengatasi masalah remaja, yaitu :
1. Gerakan Anti Narkoba
Guna
mengantisipasi penggunaan narkoba di kalangan remaja, Pemerintah gencar
mengkampanyekan program ‘Say No to Drugs!’ Ini dilakukan mulai dari
penunjukkan duta remaja anti narkoba, sosialisasi bahaya narkoba ke
sekolah-sekolah, hingga razia narkoba di kalangan remaja. Bagi pecandu heroin
yang sudah akut, Pemerintah memfasilitasi mereka dengan pengadaan jarum suntik
steril sebagai antisipasi penyebaran virus HIV. Ada juga program substitusi
(pengganti) heroin dengan metadon sebagai bagian dari terapi penyembuhan
pecandu.
2. Gerakan Kondomisasi
Saat
ini, kampanye safe sex with condom gencar disuarakan berbagai pihak
demimemutus rantai penyebaran virus HIV. Hal senada juga diangkat lagi oleh
Menkes Nafsiah Mboi dengan program kondomisasi remaja; seolah ‘karet pengaman’
itu tidak bisa ditembus oleh HIV. Padahal kenyataan menunjukkan sebaliknya.
Pakar AIDS, R, Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan
penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex
dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja dengan mengundang kematian”.
Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran
HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah (Republika,
12/11/1995).
Kondomisasi cuma
sebuah solusi pragmatis yang sangat menyesatkan. Pasalnya, kondomisasi bukan
menghilangkan akar masalah sesungguhnya, yakni seks bebas yang kian beringas di
kalangan remaja. Sebaliknya, kondomisasi makin menambah masalah, karena secara
tidak langsung melegalisasi seks bebas. Bukannya mengantisipasi, malah
memfasilitasi. Akibatnya, kampanye kondom berpotensi menguatkan gaya hidup seks
bebas. Hal ini pernah diungkapkan oleh Mark Schuster dari Rand, sebuah lembaga
penelitian nirlaba, dan seorang pediatri di University of California.
Berdasarkan penelitian mereka, setelah kampanye kondomisasi, aktivitas seks
bebas di kalangan pelajar pria meningkat dari 37% menjadi 50% dan di kalangan
pelajar wanita meningkat dari 27% menjadi 32% (USA Today,14/4/1998).
3. Razia Tawuran Pelajar
Untuk
mengantisipasi tawuran pelajar yang kian marak, Pemerintah gencar melakukan
razia ke sekolah maupun di jalan raya. Pelajar yang kedapatan membawa senjata
tajam segera diciduk dan dibawa ke kantor polisi untuk diproses. Menteri
Pendidikan Nasional, M Nuh menjelaskan langkah konkret yang akan ditempuh agar
tawuran tidak kembali terjadi, yakni dengan cara membuat tiga rumusan dasar:
(a) Tegakkan disiplin internal sekolah; (b) Bangun kegiatan bersama
antarsekolah; (c) Berikan dukungan penuh kepada kepolisian untuk menegakkan hukum
siapapun yang salah harus dihukum.
Sisi Lain tentang Remaja Indonesia….
Namun rasanya tidak adil jika kita hanya menjelaskan dari satu sisi dudut
pandang yaitu masalah ataupun fenomena kenakalan remaja yang menjadi momok
bangsa kita saat ini. Patut kita tahu juga bahwa remaja Indonesia juga banyak
yang berhasil dan sukses menghasilkan karya dan mengharumkan nama bangsa
Indonesia dan bisa menjadi inspirasi bagi remaja-remaja lainnya di Indonesia.
Indonesia patut berbangga hati karena
putra-putrinya tidak henti menyumbang berbagai prestasi, terutama dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Bahkan, pemikiran kreatif ini datang
dari generasi muda yang masih duduk di bangku SD hingga SMA
Menyaksikan kreativitas
dan inovasi hasil riset para remaja, kita hanya bisa geleng-geleng kepala.
Takjub, karena inovasi yang mereka hasilkan sederhana, tetapi menjadi solusi
berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Mereka pun masih berusia sangat
belia, baru belasan tahun. Seperti :
Naufal Rasendriya Apta
R (15) dan Archel Valiano (15), misalnya, baru duduk di kelas IX SMP Islam Al
Azhar 26, Yogyakarta. Namun, keduanya bisa menghasilkan karya yang membuat
decak kagum pengunjung maupun dewan juri Kompetisi Ilmiah Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2013. Naufal dan Archel menawarkan helm untuk
pengendara sepeda motor ataupun sepeda yang dilengkapi lampu sein atau rating
di telinga kiri dan kanannya.
Lalu ada llagi mengenai semua karya
yang dikirimkan dalam ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI)
di Bangkok, Thailand beberapa waktu lalu berhasil meraih penghargaan. Dua
medali emas, dua perunggu, dan dua special award.
Dua karya yang berhasil meraih medali
emas dalam IEYI adalah Water-coated Helmet karya siswa kelas VII SMP Petra
Surabaya serta Carbofil Application for Carbon-Oxygen Separation in Smoking
Room yang merupakan besutan siswa kelas XI SMAN 3 Semarang
Sementara itu, karya Edges Shoes
milik Muhammad Luqman dan Fishal Fuad Rahman dari SMAN 2 Yogyakarta mendapatkan
medali perunggu. Tidak hanya itu, karya pelajar kelas enam SD Muhammadiyah
Manyar, Gresik, Nadya Almass Lutfiahardha Arief juga mendapatkan medali
perunggu dengan judul pertemuan Braille Glass.
Dan sebenarnya masih banyak lagi prestasi
dari remaja-remaja Indonesia yang membuat decak kagum.
Oleh karena itu, pemerintah diharapkan bisa terus memperhatikan remaja-remaja
hebat ini dan menyalakan semangat mereka agar terus berkarya dan menginsiprasi
banyak orang. Karena dengan didikan yang benar dan melalui cara yang benar,
saya yakin bangsa kelak Indonesia kelak akan memiliki sumberdaya manusia yang
berkualitas yang menjujung nilai moral tinggi dan agama. Dengan begitu
remaja bisa membingkai masa depan kepemimpinannya dengan cerah dan gemilang.
Sumber Pustaka
Hizbut Tahrir Indonesia.2012.Kriminalitas Remaja di Sekitar Kita [internet]. Available from:
<http://hizbut-tahrir.or.id/2012/11/05/kriminalitas-remaja-di-sekitar-kita/>
[Accessed 18 Sept 2014].
IDAI.2013 Masalah
Kesehatan Mental Remaja di Era Globalisasi [internet] Available from:
<http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/masalah-kesehatan-mental-remaja-di-era-globalisasi.html>
[Accessed 18 Sept 2014].
Kompas.2013. Inovasi
Remaja yang Membuat Decak Kagum [internet]. Available from: <http://sains.kompas.com/read/2013/11/18/1010241/Inovasi.Remaja.yang.Membuat.Decak.Kagum
> [Accessed 18 Sept 2014].
,2007.Skripsi Dinamika Psikologis Remaja Puteri yang Mengalami
Obesitas. [internet]. Available from: <eprints.unika.ac.id/1532/1/03.40.0226_Christiani_Rosana.pdf>
[Accessed 18 Sept 2014].
,2012. RI
Raih 6 Medali di Kompetisi Penemu Muda Dunia.[internet]. Available from: <http://kampus.okezone.com/read/2012/07/02/373/657586/ri-raih-6-medali-di-kompetisi-penemu-muda-dunia>
[Accessed 18 Sept 2014].
,2013.Skripsi. [internet]. Available from: <http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-miftakurni-5199-3-bab2.pdf> [Accessed 18 Sept 2014].
,2014.Remaja Indosesia Butuh Pemahaman Seks. [internet]. Available from:
<http://www.riset.me/2014/03/26/remaja-indonesia-pemahaman-seks/>
[Accessed 18 Sept 2014].