Saturday, September 20, 2014

“Kajian Konsep dan Kondisi Remaja Saat Ini di Masyarakat Indonesia”

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescare (kata bendanya, adolescentia yaitu remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Bobak, 2004). Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini & Sundari, 2004).
Menurut Hurlock (1999), ciri-ciri remaja yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai usia bermasalah dan masa remaja sebagai masa mencari identitas.
Masa remaja sebagai usia bermasalah, dimana masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yaitu : 1) sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah; 2) para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
Adapun perkembangan yang terjadi pada remaja meliputi : perkembangan  fisik, perubahan, perubahan sosial, perubahan moral dan perubahan kepribadian (Hurlock, 1999)
a.   Perubahan Fisik
Masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri seks primer dan ciri seks sekunder (Al-Mighwar, 2006).
Bisa kita ambil contoh kasus seperti : pada wanita masalah penampilan menjadi hal yang utama. Perubahan-perubahan yang terjadi terkadang menimbulkan suatu masalah, khususnya perubahan pada bentuk tubuh. Bagi remaja memiliki tubuh yang indah adalah modal mereka untuk bersosilisasi dengan lingkungan.Kecenderungan menjadi gemuk yang mengganggu sebagian besar anak puber selalu merupakan sumber keprihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja.
Remaja putri sering kali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya, hal ini karena adanya lemak tubuh yang bertambah (Hamburg, Wirght dalam Santrock, 2003, h.93). Hal ini didukung oleh pernyataan Sarlito (2003, h. 53) menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik pada remaja menyebabkan suatu kecanggungan karena ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dewasa ini meningkatnya arus globalisasi, termasuk globalisasi pola konsumsi makanan, tidak dapat dibendung. Menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Prof Dr Herdinsyah MS, saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia untuk populasi remaja dewasa sudah mencapai angka 18 persen. Angka ini bahkan lebih tinggi lagi di kelompok dewasa, yaitu bisa mencapai 25 persen dari total populasi seluruh Indonesia (www.republika.co.id)
Obesitas jadi hantu yang paling mengerikan buat para ABG, khususnya remaja putri. Semua mati-matian menjaga berat badan agar stabil di garis langsing. Bisa-bisa tiap hari menimbang badan, khawatir bertambah bengkak badannya. (Mutazz dalam www.gaulislam.com
b.   Perubahan Emosional
Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja yang sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Menurut Gesell, remaja seringkali mudah marah, mudah dirangsang dan emosinya cenderung meledak tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak (Hurlock, 1999).
c.   Perubahan Sosial
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah  berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja juga harus membuat banyak penyesuaian baru yaitu penyesuaian diri dengan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial serta nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1999).

d.    Perubahan Moral
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dan kemudian  mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya (Hurlock, 1999)
e.   Perubahan Kepribadian
Remaja merupakan masa sulit, karena pada masa tersebut remaja mulai mencari identitas diri dan pembentukan kepribadian mulai dibentuk pada saat ini (Hurlock, 1980, h.210).
Sepanjang usia kelompok pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada individualitas. Anak yang lebih besar ingin cepat seperti teman-teman kelompoknya. Tiap penyimpangan dari standar kelompok dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok (Hurlock, 1999).
Masa awal remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk mereka juga menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Remaja sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan terdorong untuk memperbaiki kepribadiannya dengan cara membaca buku-buku atau tulisan-tulisan mengenai masalahnya dengan harapan meningkatkan dukungan sosial (Hurlock, 1999).

Bagaimana Kondisi Remaja Indonesia Saat Ini?
Pada zaman dewasa ini, kita sebagai manusia telah banyak mengalami transisi menuju dunia modernisasi dan zaman yang terbuka terhadap perkembangan dan kemajuan dunia. Banyak hal yang memang harus kita perhatikan dari sudut yang berbeda untuk kemajuan sebuah Negara, termasuk generasi muda Indonesia pada saat ini.
Remaja-remaja Indonesia pada saat ini sebagai generasi muda yang selanjutnya yang akan meneruskan cita-cita sebuah bangsa, untuk memimpin dan mengatur  sebuah Negara, haruslah memiliki kepribadian yang baik, kecerdasan yang di landasi dengan ilmu dan wawasan yang luas, memiliki jiwa yang semangat, pikiran terbuka dan tujuan yang baik, berbobot dan bermanfaat serta berguan untuk kemajuan bangsa dan Negara. Sayangnya generasi muda Indonesia pada saat ini telah banyak terjerumus pada dunia modernisasi dan westernisasi sehingga melupakan adat ketimuran yang kita miliki yang di kenal oleh Negara lain sebagai Negara yang menjunjung tinggi moral dan adat kesopanan tapi fakta mengatakan lain. Generasi Indonesia saat ini mengalami krisis identitas dan korban dari gaya hidup hedonisme barat. Semakin banyak life style dari luar Negara Indonesia yang masuk semakin tidak terkandali generasi muda Indonesia saat ini.
Geliat dunia remaja yang berjumlah 63,4 juta atau sekitar 26,7 persen dari total penduduk Indonesia kian banyak menyita perhatian media. Sayangnya, kabar dari dunia remaja yang mengisi headline media massa justeru didominasi oleh berita miring dan negatif. Kasus kenakalan remaja yang mengarah pada kriminalitas remaja dengan berbagai bentuknya tak henti-hentinya menjadi trending topik, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Sudah separah itukah kondisi remaja saat ini?
Naiknya grafik jumlah kenakalan/kriminalitas remaja setiap tahun menunjukkan permasalahan remaja yang cukup kompleks. Ini tidak hanya diakibatkan oleh satu perilaku menyimpang, tetapi akibat berbagai bentuk pelanggaran terhadap aturan agama, norma masyarakat atau tata tertib sekolah yang dilakukan remaja. Berikut beberapa bentuk kenakalan remaja yang sejatinya mengarah pada kejahatan/kriminalitas remaja, yang  sering mendominasi pemberitaan media massa, seperti :
1.   Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja makin menggila. Penelitian yang pernah dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan bahwa 50 – 60 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Total seluruh pengguna narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN dan UI adalah sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta. Di antara jumlah itu, 48% di antaranya adalah pecandu dan sisanya sekadar coba-coba dan pemakai. Demikian seperti disampaikan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) BNN, Kombes Pol Sumirat Dwiyanto seperti dihubungi detikHealth, Rabu (6/6/2012).
2.   Akses Media Porno
Pornografi dan pornoaksi yang tumbuh subur di negeri kita memancing remaja untuk memanjakan syahwatnya, baik di lapak kaki lima maupun dunia maya. Zoy Amirin, pakar psikologi seksual dari Universitas Indonesia, mengutip Sexual Behavior Survey 2011, menunjukkan 64 persen anak muda di kota-kota besar Indonesia ‘belajar’ seks melalui film porno atau DVD bajakan. Akibatnya, 39 persen responden ABG usia 15-19 tahun sudah pernah berhubungan seksual, sisanya 61 persen berusia 20-25 tahun. Survei yang didukung pabrik kondom Fiesta itu mewawancari 663 responden berusia 15-25 tahun tentang perilaku seksnya di Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali pada bulan Mei 2011.
3.   Seks Bebas
Terkait dengan riset yang dilakukan oleh Puslitbang Kependudukan BKKBN, Darmendra Kumar Triagi (DKT) Indonesia juga melakukan survei tentang hubungan seks yang terjadi pada remaja Indonesia berusia dibawah 19 tahun. Menurut hasil survei tersebut, 462 dari 663 responden atau sekitar 69,6 persen, mengaku pernah berhubungan seks diluar nikah.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan,Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secarasadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dannorma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebutadalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%).
Hasil survei DKT Indonesia menunjukkan bahwa 33 persen lokasi yang paling dipilih untuk melakukan hubungan seks pada remaja Indonesia adalah kos. Berikutnya hotel sebanyak 28 persen, di rumah perempuan sebanyak 24 persen, dan di rumah laki-laki 12 persen.
Gerakan moral Jangan Bugil di Depan Kamera (JBDK) mencatat adanya peningkatan secara signifikan peredaran video porno yang dibuat oleh anak-anak dan remaja di Indonesia. Jika pada tahun 2007 tercatat ada 500 jenis video porno asli produksi dalam negeri, maka pada pertengahan 2010 jumlah tersebut melonjak menjadi 800 jenis. Fakta paling memprihatinkan dari fenomena di atas adalah kenyataan bahwa sekitar 90 persen dari video tersebut, pemerannya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Sesuai dengan data penelitan yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (Okezone.com, 28/3/2012).
Fakta lain menerangkan bahwa, contoh dalam berita 12 agustus 2005, Harian Radar Yogyakarta, memberitakan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dari januari sampai juli terdapat 62% remaja yang dinikahkan ternyata hamil sebelum menika. Tepatnya, 74 calon pengantin perempuan yang akan menikah, 46 di antaranya dalam kondisi hamil. (sumber: majalah sabili No.14 Th. XV 24 januari 2008/15 muharram 1429)
Balai Pasar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Sosial (B2P3KS). Departemen Sosial Republik Indonesia (Depsos RI) melakukan penelitian ilmiah. Penelitian yang bertajuk “ Kehamilan Tidak Dikhendaki Pada Remaja Tahun 2007 “ ini di lakukan di sebuah kota di Pulau Jawa. Kalangan remaja usia 10-24 thn (sumber: majalah sabili No.14 Th XV 24 januari 2008/15 muharram 1429).
Kepala B2P3KS Dr. Yusnar Yusuf MA saat melaporkan hasil penelitian ini cukup mengejutkan. Pasalnya, data tentang kehamilan tidak di khendaki alias hamil di luar nikah dari tahun 2002-2005 angkanya meningkat signifikan. (sumber : majalah sabili No. 14 Th XV 24 januari 2008/15 muharram 1429).
Pada tahun 2002-2005 remaja yang mengalami kehamilan tidak di khendaki terbanyak adalah mahasiswi 59,22%. Remaja yang tidak terdata status pendidikannya 21,15%. Remaja yang berpendidikan SMU 17,70%. Secara keseluruhan, remaja hamil di luar nikah terbesar terjadi tahun 2002 ( 640 kasus). Kemudian tahun 2004 sebanyak (560 kasus) dan tahun 2005 (551 kasus). (sumber: majalah sabili No. 14 Th. XV 24 januari 2008/15 muharram 1429)
4.   Kasus HIV/ AIDS
Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah sebagaimana ditunjukkan oleh hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2007. Sebanyak 13% remaja perempuan tidak tahutentang perubahan fisiknya dan hampir separuhnya(47,9%) tidak mengetahui kapan masa subur seorang perempuan.
Yang memprihatinkan, pengetahuan remaja tentang cara paling penting untuk menghindari infeksi HIV masih terbatas. Hanya 14% remaja perempuan dan 95% remaja laki-laki menyebutkan pantang berhubunganseks, 18% remaja perempuan dan 25% remaja laki-lakimenyebutkan menggunakan kondom serta 11% remaja perempuan dan 8% remaja laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari HIV/AIDS.
Sementara, data dari Kemenkes tahun 2010, menunjukkan bahwa hampir separuh (47,8%), kasus AIDS berdasarkan usia juga diduduki oleh kelompok usia muda (20-29 tahun). Hal ini menunjukkan bahwaperilaku seks beresiko terjadi pada usia remaja.
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja,salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas. Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikahsudah pernah melakukan hubungan seksual. Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubunganseksual
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja
5.   Aborsi
Gaya hidup seks bebas berakibat pada kehamilan tidak dikehendaki yang sering dialami remaja putri. Karena takut akan sanksi sosial dari lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat sekitar, banyak pelajar hamil yang ambil jalan pintas: menggugurkan kandungannya. Base line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (2000), di Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi pertahun dan sekitar 21% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja. Data yang sama juga disampaikan Komisi Nasional Perlindungan Anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar, sebanyak 62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi (Kompas.com, 14/03/12).
6.   Prostitusi
Selain aborsi dan penularan penyakit menular seksual, gaya hidup seks bebas juga memicu pertumbuhan pekerja seksual remaja yang sering dikenal dengan sebutan ‘cewek bispak’. Sebuah penelitian mengungkap fakta bahwa jumlah anak dan remaja yang terjebak di dunia prostitusi di Indonesia semakin meningkat dalam empat tahun terakhir ini, terutama sejak krisis moneter terjadi. Setiap tahun sejak terjadinya krismon, sekitar 150.000 anak di bawah usia 18 tahun menjadi pekerja seks. Menurut seorang ahli, setengah dari pekerja seks di Indonesia berusia di bawah 18 tahun, sedangkan 50.000 di antaranya belum mencapai usia 16 tahun.
7.   Tawuran
Kejahatan remaja yang satu ini tengah naik daun pasca tawuran pelajar SMAN 70 dengan SMAN 6 yang menewaskan Alawi, siswa kelas X SMA 6. Tawuran pelajar seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perilaku pelajar. Meski sudah banyak jatuh korban, ‘perang kolosal’ ala pelajar terus terjadi. Data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia (Vivanews.com, 28/09/12).
8.   Geng Motor
Karena longgarnya pengawasan dan ketidaktegasan terhadap geng motor, para angota geng motor semakin leluasa bertindak brutal. Lembaga pengawas kepolisian Indonesia (IPW) mencatat ada tiga prilaku buruk geng motor yaitu balapan liar, pengeroyokan dan judi berbentuk taruhan. Tak tanggung-tanggung, menurut data IPW, judi taruhan tersebut berkisar pada Rp 5 sampai 25 juta per sekali balapan liar. IPW juga mencatat aksi brutal yang dilakukan geng motor di Jakarta telah tewaskan sekitar 60 orang setiap tahunnya. Mereka menjadi korban aksi balap liar, perkelahian, maupun korban penyerangan geng motor (http://www.radioaustralia.net.au, 18/4/12).
Kejahatan remaja yang terus meningkat setiap tahunnya menunjukkan bahwa kondisi ini tidak semata potret buram, tetapi juga kusut dan sulit terurai. Pemerintah seolah ‘angkat tangan’ mengatasinya sampai tuntas. Faktanya, setiap tahun grafik kejahatan remaja terus beranjak naik. Padahal sudah banyak kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah untuk mengatasi masalah ini, tetapi hasilnya belum signifikan. Apa yang salah dengan solusi dari Pemerintah?

Bagaimana Solusinya?
Jika di lihat dari latar belakang, generasi-generasi muda saat ini yang korban dari budaya permisif yang tidak terikat dengan nilai dan norma bisa di pastikan di antaranya adalah kurangnya pendidikan agama dari keluarga, kurangnya perhatian, kepudulian, dan kasih sayang dari keluarga, lingkungan yang tidak mendukung, pola hidup yang terlalu bebas dan individualisme, teman sepergaulan yang menyukai kehidupan bebas, dan rapuhnya iman serta kepribadian.
Menurut pendapat Psikolog Seksual dari Universitas Indonesia, Zoya Amirin, data tersebut menjadi indikator bahwa orang tua berperan penting untuk memberi pemahaman kesehatan seksual sejak masih anak-anak. Terutama saat anak menginjak dewasa. Karena  rendahnya pengetahuan tersebut menjadikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual penting untuk diberikan
Menurut Zoya, orang tua mesti bertindak bijak ketika anak mulai bertanya tentang seks. Sayangnya banyak kasus dimana orang tua justru menyalahi anak saat bertanya tentang hal terkait seks. Orang tua sebaiknya menerima pertanyaan tentang seks dari anak, serta menyampaikannya secara jelas dan lugas.
Pendidikan seks di sekolah, yang disampaikan pada pelajaran biologi dan agama, mesti dibantu dengan bimbingan orang tua agar anak-anak dapat memahami dampak bahaya yang berpotensi muncul melalui hubungan seks pranikah.
Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah agar generasi muda bisa menunjukkan kesiapannya menjadi calon pemimpin masa depan. Berikut beberapa kebijakan Pemerintah dalam mengatasi masalah remaja, yaitu :
1.   Gerakan Anti Narkoba
Guna mengantisipasi penggunaan narkoba di kalangan remaja, Pemerintah gencar mengkampanyekan program ‘Say No to Drugs!’ Ini dilakukan mulai dari penunjukkan duta remaja anti narkoba, sosialisasi bahaya narkoba ke sekolah-sekolah, hingga razia narkoba di kalangan remaja. Bagi pecandu heroin yang sudah akut, Pemerintah memfasilitasi mereka dengan pengadaan jarum suntik steril sebagai antisipasi penyebaran virus HIV. Ada juga program substitusi (pengganti) heroin dengan metadon sebagai bagian dari terapi penyembuhan pecandu.
2.   Gerakan Kondomisasi
Saat ini, kampanye safe sex with condom gencar disuarakan berbagai pihak demimemutus rantai penyebaran virus HIV. Hal senada juga diangkat lagi oleh Menkes Nafsiah Mboi dengan program kondomisasi remaja; seolah ‘karet pengaman’ itu tidak bisa ditembus oleh HIV. Padahal kenyataan menunjukkan sebaliknya. Pakar AIDS, R, Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah (Republika, 12/11/1995).
Kondomisasi cuma sebuah solusi pragmatis yang sangat menyesatkan. Pasalnya, kondomisasi bukan menghilangkan akar masalah sesungguhnya, yakni seks bebas yang kian beringas di kalangan remaja. Sebaliknya, kondomisasi makin menambah masalah, karena secara tidak langsung melegalisasi seks bebas. Bukannya mengantisipasi, malah memfasilitasi. Akibatnya, kampanye kondom berpotensi menguatkan gaya hidup seks bebas. Hal ini pernah diungkapkan oleh Mark Schuster dari Rand, sebuah lembaga penelitian nirlaba, dan seorang pediatri di University of California. Berdasarkan penelitian mereka, setelah kampanye kondomisasi, aktivitas seks bebas di kalangan pelajar pria meningkat dari 37% menjadi 50% dan di kalangan pelajar wanita meningkat dari 27% menjadi 32% (USA Today,14/4/1998).
3.   Razia Tawuran Pelajar
Untuk mengantisipasi tawuran pelajar yang kian marak, Pemerintah gencar melakukan razia ke sekolah maupun di jalan raya. Pelajar yang kedapatan membawa senjata tajam segera diciduk dan dibawa ke kantor polisi untuk diproses. Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh menjelaskan langkah konkret yang akan ditempuh agar tawuran tidak kembali terjadi, yakni dengan cara membuat tiga rumusan dasar: (a) Tegakkan disiplin internal sekolah; (b) Bangun kegiatan bersama antarsekolah; (c) Berikan dukungan penuh kepada kepolisian untuk menegakkan hukum siapapun yang salah harus dihukum.

Sisi Lain tentang Remaja Indonesia….
Namun rasanya tidak adil jika kita hanya menjelaskan dari satu sisi dudut pandang yaitu masalah ataupun fenomena kenakalan remaja yang menjadi momok bangsa kita saat ini. Patut kita tahu juga bahwa remaja Indonesia juga banyak yang berhasil dan sukses menghasilkan karya dan mengharumkan nama bangsa Indonesia dan bisa menjadi inspirasi bagi remaja-remaja  lainnya di Indonesia.
Indonesia patut berbangga hati karena putra-putrinya tidak henti menyumbang berbagai prestasi, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Bahkan, pemikiran kreatif ini datang dari generasi muda yang masih duduk di bangku SD hingga SMA
Menyaksikan kreativitas dan inovasi hasil riset para remaja, kita hanya bisa geleng-geleng kepala. Takjub, karena inovasi yang mereka hasilkan sederhana, tetapi menjadi solusi berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Mereka pun masih berusia sangat belia, baru belasan tahun. Seperti :
Naufal Rasendriya Apta R (15) dan Archel Valiano (15), misalnya, baru duduk di kelas IX SMP Islam Al Azhar 26, Yogyakarta. Namun, keduanya bisa menghasilkan karya yang membuat decak kagum pengunjung maupun dewan juri Kompetisi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2013. Naufal dan Archel menawarkan helm untuk pengendara sepeda motor ataupun sepeda yang dilengkapi lampu sein atau rating di telinga kiri dan kanannya.
Lalu ada llagi mengenai semua karya yang dikirimkan dalam ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Bangkok, Thailand beberapa waktu lalu berhasil meraih penghargaan. Dua medali emas, dua perunggu, dan dua special award.
Dua karya yang berhasil meraih medali emas dalam IEYI adalah Water-coated Helmet karya siswa kelas VII SMP Petra Surabaya serta Carbofil Application for Carbon-Oxygen Separation in Smoking Room yang merupakan besutan siswa kelas XI SMAN 3 Semarang
Sementara itu, karya Edges Shoes milik Muhammad Luqman dan Fishal Fuad Rahman dari SMAN 2 Yogyakarta mendapatkan medali perunggu. Tidak hanya itu, karya pelajar kelas enam SD Muhammadiyah Manyar, Gresik, Nadya Almass Lutfiahardha Arief juga mendapatkan medali perunggu dengan judul pertemuan Braille Glass.
Dan sebenarnya masih banyak lagi prestasi dari remaja-remaja Indonesia yang membuat decak kagum. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan bisa terus memperhatikan remaja-remaja hebat ini dan menyalakan semangat mereka agar terus berkarya dan menginsiprasi banyak orang. Karena dengan didikan yang benar dan melalui cara yang benar, saya yakin bangsa kelak Indonesia kelak akan memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas yang menjujung nilai moral tinggi dan agama. Dengan begitu remaja bisa membingkai masa depan kepemimpinannya dengan cerah dan gemilang.


Sumber Pustaka

Hizbut Tahrir Indonesia.2012.Kriminalitas Remaja di Sekitar Kita [internet]. Available from: <http://hizbut-tahrir.or.id/2012/11/05/kriminalitas-remaja-di-sekitar-kita/> [Accessed 18 Sept 2014].
Kompas.2013. Inovasi Remaja yang Membuat Decak Kagum [internet]. Available from: <http://sains.kompas.com/read/2013/11/18/1010241/Inovasi.Remaja.yang.Membuat.Decak.Kagum > [Accessed 18 Sept 2014].
              ,2007.Skripsi Dinamika Psikologis Remaja Puteri yang Mengalami Obesitas. [internet]. Available from: <eprints.unika.ac.id/1532/1/03.40.0226_Christiani_Rosana.pdf> [Accessed 18 Sept 2014].
              ,2012. RI Raih 6 Medali di Kompetisi Penemu Muda Dunia.[internet]. Available from: <http://kampus.okezone.com/read/2012/07/02/373/657586/ri-raih-6-medali-di-kompetisi-penemu-muda-dunia> [Accessed 18 Sept 2014].
              ,2013.Skripsi. [internet]. Available from: <http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-miftakurni-5199-3-bab2.pdf>  [Accessed 18 Sept 2014].
              ,2014.Remaja Indosesia Butuh Pemahaman Seks. [internet]. Available from: <http://www.riset.me/2014/03/26/remaja-indonesia-pemahaman-seks/> [Accessed 18 Sept 2014].
 

Saturday, September 13, 2014

“Analisis Mengenai Vaksin Pentavalen Dan Program Imunisasi Lanjutan Bagi Batita”

Imunisasi adalah kebutuhan dunia.Badan dunia seperti World Health Organization (WHO) dan United Nations Chilren’s Fund (UNICEF) mengerahkan sumber daya dan melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung program imunisasi di seluruh dunia. Imunisasi merupakan isu kesehatan penting yang bahkan menggugah berbagai organisasi tingkat dunia untuk bergabung dalam sebuah kemitraan, salah satunya GAVI Alliance. Aliansi ini menyediakan sumber daya yang diperlukan negara-negara untuk memastikan agar anak-anak terhindar dari penyakit serta kematian serta tumbuh sehat hingga usia dewasa.

Di Indonesia, program imunisasi merupakan kebijakan nasional. Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi disuatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih.(Depkes RI, 2006)

Strategi untuk mencapai cakupan imunisasi yang tinggi dan merata, yang telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia sejak 2010 lalu melalui suatu gerakan nasional yang dikenal dengan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI (GAIN UCI). Hal ini juga sejalan dengan kesepakatan Pemerintah Indonesia bersama dengan negara-negara Regional Asia Tenggara menjadikan tahun 2012 lalu sebagai Tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin atau Intensification of Routine Immunization.

Imunisasi telah mencegah 2-3 juta kematian anak di dunia setiap tahunnya. Namun demikian masih terdapat 22,6 juta anak di dunia tidak terjangkau imunisasi rutin. Lebih dari 13 persen anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi secara lengkap karena berbagai sebab,padahal imunisasi lengkap dapat melindungi anak dari wabah, kecacatan dan kematian. Imunisasi dianggap sebagai upaya kesehatan yang paling efektif. Orangtua diharapkan melengkapi imunisasi anak mereka agar seluruh anak Indonesia terbebas dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah lewat imunisasi.

Imunisasi melindungi anak-anak dari beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian. Jadi,imunisasi adalah salah satu langkah tepat bagi orang tua untuk menjamin kesehatan anaknya. Lebih lanjut, imunisasi tidak membutuhkan biaya besar,bahkan di Posyandu anak-anak mendapatkan imunisasi secara gratis. Imunisasi tidak hanya memberikan kekebalan perorangan terhadap penyakit, melainkan juga membentuk kekebalan masyarakat.

ANALISIS MENGENAI VAKSIN PENTAVALEN DAN PROGRAM IMUNISASI LANJUTAN BAGI BATITA 



WHO (Global Immunization Data) tahun 2010 menyebutkan 1.5 juta anak meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan hampir 17% kematian pada anak < 5 tahun dapat dicegah dengan imunisasi. Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2007, pneumoni merupakan penyebab kematian no. 2 di Indonesia, 1/3 etiologi pneumoni disebabkan karena Hib. Meningitis merupakan radang selaput otak dan Hib merupakan penyebab utama meningitis pada bayi usia ≤ 1 tahun, jika penyakit ini tidak diobati 90% kasus akan mengalami kematian dan jika disertai pengobatan adekuat 9-20 % kasusakan mengalami kematian. Dan berdasarkan rekomendasi dari SAGE (Strategic Advisory Group Of Expert On Immunnization) dan berdasarkan kajian dari Regional Review Meeting on Immunization WHO/SEARO di New Delhi dan IndonesianTechnical Advisory Group of Immunization (ITAGI) pada tahun 2010 maka pemberian  imunisasi Hib dikombinasikan dengan DPT-HB menjadi DPT-HB-Hib (pentavalen) untuk mengurangi jumlah suntikan pada bayi dan perlunya diintegrasikan ke dalam program imunsiasi nasional untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi dan balita akibat pneumonia dan meningitis sehingga dapat tercapai target MDG’s ke-4 ”angka kematian balita (AKABA) 24/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015”.

Tindak lanjut nyata rekomendasi tersebut adalah terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor23/Menkes/SK/I/2013 tentang Pemberian Imunisasi Difteri Pertusis Tetanus/Hepatitis B/Haemophilus Influenza type B. Kepmenkes tersebut menyebutkan pelaksanaan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib di Indonesia akan dilakukan secara bertahap, tahap 1 meliputi wilayah Jawa Barat, DI Yogyakarta, Bali, dan NusaTenggara Barat pada Juli 2013, Tahap kedua pada Maret 2014 di 10 provinsi,yaitu DKI Jakarta, Banten, Jateng, Jatim, Sumut, Sumsel, Babel, Jambi, Lampung,dan Sulsel, dan  tahap 3 akan diimplementasikan ke seluruh provinsi ditanah air.

Kendati di usia bayi imunisasinya sudah lengkap, bukan berarti di usia ini si kecil sudah aman dari ancaman penyakit. Itulah mengapa ada imunisasi yang harus diulang, disamping imunisasi lanjutan. Imunisasi akan memberikan antibodi bagi anak. Setelah diimunisasi,antibodi anak akan naik. Tapi suatu saat, antibodi itu akan turun lagi. Pada saat antibodi turun atau hampir habis, harus diberikan imunisasi lagi agar antibodi yang turun itu bisa kembali baik. Itulah mengapa, imunisasi ulangan sangat penting.

Pada pemberian vaksin lanjutan kali ini, pemerintah memutuskan menggunakan vaksin pentavalen buatan PT Biofarma.Vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib) diberikan dalam vaksin kombinasi DPT/HB/Hib pada usia yang sama dengan pemberian vaksin DPT/HB. Vaksin ini berguna untuk mencegah penyebaran bakteri Hib di dalam darah (bakteriemia),infeksi saluran nafas berat (pneumonia), dan radang otak (meningitis).

Vaksin pengembangan vaksin tetravalen (DPT-HB) kombinasi buatan Indonesia ini disebut Pentavalen, karena merupakan gabungan dari 5 antigen, yaitu DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus), HepatitisB, serta HiB. Kini, kelima antigen tersebut diberikan dalam satu suntikan sehingga menjadi lebih efisien, tidak menambah jumlah suntikan pada anak sehingga memberikan kenyamanan bagi bayi yang mendapat imunisasi beserta ibunya.

Prinsip pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, yaitu diberikan pada anak dengan usia 18 bulan per Maret 2014 atau  anak dengan  usia 2 bulan yang belum pernah  sekalipun mendapatkan suntikan vaksin DPT-HB. Bagi anak yang sudah mendapatkan imuniasi DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian imunisasiDPT-HB sampai dengan dosis ketiga Pemberian vaksin DPT-HB-Hib sebagai booster diberikan minimal 12 bulan dari DPT-HB-Hib terakhir. Selain itu, pada Maret 2014, anak dengan  usia 2 tahun juga mendapatkan suntikan  imunisasi Campak sebagai booster (imunisasi lanjutan). Interval minimum untuk mendapatkan booster Campak yaitu  6 bulan dari suntikan Campak dosis pertama.
Hasil uji klinis yang dilakukan oleh Bio Farma menyebutkan secara materi, kombinasi DPT-HB-Hib tidak akan mengurangi tingkat keamanan dan perlindungan vaksin,  reaksi lokal berupa nyeri hanya dialami oleh 14,9 % subyek dan 28% subyek mengalami demam. Efikasi vaksin90-99%, selain itu pada pembuatan vaksin DPT-HB-Hib, Bio Farma menggunakan agar pepton untuk perkembangbiakan bakteri.

“Vaksin Haemophilus influenza tipe B(Hib) berisi suatu antigen yang dapat mencegah penyakit radang otak dan radang paru. Kedua penyakit ini merupakan penyebab 17,2% kematian pada bayi. Vaksin Hib akan diintegrasikan pada vaksin DPT-HB yang telah lebih dulu dikenal masyarakat. Seperti kita ketahui sebelumnya, vaksin hepatitis B (HB) bermanfaat untuk mencegah terjadinya kerusakan hati (kanker hati). Sementara vaksin DPT terdiri dari 3 antigen yang dapat melindungi bayi/balita dari penyakit difteri, pertussis (batuk rejan) dan tetanus. Sebelum vaksin difteri ditemukan, racunyang dikeluarkan oleh bakteri penyebab penyakit difteri dapat memicu terjadinya gagal jantung.

Imunisasi DPT-HB-Hib diberikan dengan pemberian suntikan vaksin DPT-Hb-Hib 0,5 ml secara intramuskular pada paha anterolateral dan di lengan kanan atas pada batita saat imunisasi lanjutan. Sedangkan untuk pemberian imunisasi Campak diberikan sebanyak 0,5 ml disuntikan secara sub kutan pada lengan kiri atas, pertengahan M.Deltoideus.

Dengan digunakannya vaksin pentavalen(DPT-HB-Hib) bersama vaksin campak, polio dan BCG, maka program imunisasi yang semula diarahkan pada pencegahan 7 penyakit menular (Difteri, Pertusis,Tetanus, Hepatitis B, Tuberculosis pada bayi, Polio dan Campak) bertambah menjadi 8 penyakit menular melalui penambahan antigen Haemophilus influenzaetype b untuk mencegah Pneumonia dan Meningitis pada anak.

Dalam program imunisasi dasar lengkap (IDL) bayi yang baru lahir hingga berusia 7 hari langsung mendapatkan imunisasiHepatitis B. Lalu, saat berusia 1 bulan, bayi memerlukan imunisasi polio dan BCG. Vaksin polio mencegah lumpuh layu sementara vaksin BCG mencegah tuberkulosis. Kemudian berturut-turut pada usia 2, 3, dan 4 bulan, bayi mendapatkan lagi vaksin polio bersamaan dengan pemberian vaksin Pentavalen.Ketika bayi memasuki usia 9 bulan, imunisasi campak perlu diberikan. Antarausia 0 hari hingga genap 1 tahun, bayi setidaknya dibawa sebanyak 5 kali kefasilitas kesehatan untuk melengkapi imunisasinya.

Direktur Produksi PT Bio Farma (Persero), mengatakan, selain frekuensi penyuntikan bayi yang menjadil ebih sedikit, vaksin Pentavalent juga efisien. "Penggunaanvaksin Pentavalent ini diharapkan bisa mengefisiensikan biaya produksi, biaya penyimpanan vaksin (cold chain), biaya jarum suntik, tenagakesehatan, dan waktu. Efisiensi biaya ini, tentu saja akan berdampak pada harga yang lebih terjangkau bagi semua," katanya.
Selanjutnya, tidak mengherankan bila penggunaan vaksin Pentavalent diprediksi akan menjadi tren pada masa mendatang dan mendominasi pembelian vaksin dari para produsen vaksin dinegara-negara berkembang.

PT Bio Farma (Persero) sudah mulai menguji klinis vaksin Pentavalent sejak 2010, dan telah melewati proses tahapan uji klinis fase I, II dan III. Tahapan itu langkah memastikan keefektifan vaksin pada manusia. Pengujian bekerja sama dengan RS HasanSadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dan RS CiptoMangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain itu, vaksin Pentavalent juga telah didaftarkan  kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan untukmemperoleh ijin edar.

Bisa disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan vaksin Pentavalen (DPT-HB-Hib) jika dibandingkan dengan programimunisasi yang lama, antara lain:
1.  Mengurangi ‘kesakitan’ pada anak
Imunisas iyang diberikan dengan cara disuntik ini tidak dipungkiri memberikan rasa sakit dan trauma pada anak. DPT, HB, dan Hib masing-masing diberikan 3 kali tiap anak. Bisa dihitung berarti totalnya si anak disuntik 9 kali. Sedangkan jika diberikan imunisasi pentavalen, anak berarti hanya akan disuntik 3 kali. Karena setiap kali disuntik sudah ‘kombinasi’ dari ketiga jenis vaksin tersebut.
2.  Mengurangi kunjungan ke posyandu
Kunjungan ke posyandu atau puskesmas tentu akan membutuhkan biaya, khususnya jika keluarga tersebut berada di daerah yang memang puskesmasnya masih sedikit,
Selainitu, jika memang ibu dari anak merupakan ibu yang bekerja maka pemberian imunisasi pentavalen ini dinilai akan membantu ibu mengatur waktu lebih efisien, karena berarti kunjungan ibu ke posyandu juga akan berkurang frekuensinya.
3.  Mengurang irisiko 6 penyakit sekaligus
Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib) diketahui merupakan kombinasi dari vaksin DPT, HB, danHib. DPT diketahui merupakan vaksin yang digunakan untuk mengurangi risiko penyakit difteri, pertusis (batuk 100 hari), dan tetanus. Sementara HBmerupakan vaksin untuk mengurangi risiko penyakit hepatitis B. Hib sendir idiketahui bisa mengurangi risiko penyakit seperti meningitis dan arthritis

Untuk mendukung program imunisasi lanjutan bagi batita dan introduksi vaksin Pentavalen, di beberapa provinsi sudah dilaksakan berbagai acra, seperti sebagai contoh Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim bidang P2PL melaksanakan Acara Peningkatan Kemampuan Bagi Petugas Program Imunisasi Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh dalam Rangka Introduksi Vaksin Baru yaitu Vaksin Pentavalen (DPT-HB-Hib) yang berlangsung selama 4 hari di Hotel Grand Victoria Samarinda.

Berdasarkan analisa saya, adapun tujuan dari acara tersebut adalah :
1.  Dipahaminya tahapan kegiatan imunisasi DPT-HB-Hib pada bayi dan imunisasi lanjutan pada anat batita.
2.  Meningkatnya pengetahuan petugas dalam pemberian imunisasi DPT-HB-Hib pada bayi dan imunisasi lanjutan pada anak batita.
3.  Terlaksananya pencatatan dan pelaporan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib pada bayi dan imunisasi lanjutan pada anak batita sesuai standart.
4.  Terpantaunya pelaksanaan imunisasiDPT-HB-Hib pada bayi dan Imunisasi lanjutan pada anak batita sesuai standart
5.  Terpantaunya KIPI dan tata laksana sesuai standart.

Adapun total anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan ini mencapai Rp132 miliar dengan rincian komponen pembiayaan antara lain 90 persen untuk pembelian vaksin dan jarum dan Rp40miliar untuk sosialisasi dan operasional. Ini termasuk anggaran yang cukup besar. Walaupun sekitar 80 persen dana berasal dari donor internasional seperti GAVI Alliance dan alokasi tambahan dari APBN dan APBD.

Menurut analisis saya bahwa program ini akan menjadi momentum penting sehingga Kepala Daerah baik Gubernur maupunBupati/Walikota dapat mengupayakan  dukungan program imunisasi demi melindungi seluruh anak Indonesia dari ancaman penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Kemudian, pemerintah di setiap tingkatan pemerintahan perlu menyadari bahwa imunisasi adalah investasi, karena biaya pencegahan akan selalu lebih murah daripada biaya pengobatan dan biaya lain yang muncul jika seseorang telahjatuh sakit.


SUMBER PUSTAKA
Dinkes Kebumen.2013. SekilasTentang Imunisasi Dpt-Hb-Hib [internet]. Available from: <http://dinkeskebumen.wordpress.com/2013/11/18/sekilas-tentang-imunisasi-dpt-hb-hib/>  [Accessed 10 Sept 2014].
              ,2010.Mengapa Imunisasi harusDiulang? [internet]. Available from: [Accessed 10 Sept 2014].
              ,2013.Imunisasi lanjutan TelanRp132 Miliar. [internet]. Available from: http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/08/20/3/176042/Imunisasi-Lanjutan-Telan-Rp132-Miliar\>  [Accessed 10 Sept 2014].
              ,2013.Kemenkes LuncurkanVaksin Baru Imunisasi Kombo Satu Suntikan Untuk Lima Vaksin [internet].Available from: http://www.kemendagri.go.id/news/2013/08/21/kemenkes-luncurkan-vaksin-baru-imunisasi-kombo-satu-suntikan-untuk-lima-vaksin>[Accessed 10 Sept 2014].
              ,2013. MenkesLuncurkan Vaksin Pentavalen dan Progran Imunisasi Lanjutan bagi Batita [internet]. Available from: <http:>>[Accessed 10 Sept 2014].</http:>

              ,2014.Pekan Imunisasi Dunia2014 : Imunisasi Untuk Masa Depan yang Sehat [internet]. Available from: <http:>>[Accessed 10 Sept 2014].</http:>