Rubella
Definisi
Merupakan
penyakit kulit yang bisa menyebabkan lesi makulopapular. Apabila
virus rubella terjadi pada perempuan hamil, bisa terjadi keguguran atau janin
meninggal di dalam kandungan, paling tidak bayi lahir dengan cacat kongenital.
Rubella
dikenal juga dengan cacar jerman atau cacar 3 hari, merupakan infeksi virus
yang dijangkitkan oleh droplet (misalnya, droplet dari bersin orang yang
terinfeksi). Demam, ruam dan lymphedemia ringan biasanya terlihat pada ibu yang
terinfeksi. Konsekuensi pada janin lebih serius dan mencakup keguguran, anomali
bawaan (mengacu pada sindrom rubella bawaan) dan kematian. Vaksinasi wanita
hamil bersifat kontraindikasi karena infeksi rubella dapat berkembang setelah
vaksinasi dilakukan sebagai bagian dari konsultasi prekonsepsional, vaksin
rubella diberikan kepada wanita yang tidak kebal
terhadap rubella dan mereka dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi selama
paling tidak 3 bulan setelah vaksinasi.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Virus
ini pertamakali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah menjadi
endemic di banyak Negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet. Periode
inkubasinya adalah sekitar 14- 21 hari.
Patofisiologi
Virus
rubella, akan merangsang tubuh untuk menghasilkan IgM dan IgG. Setelah minggu
ke 14 kehamilan, akan ditemukan IgM dan IgG dalam tubuh janin. Virus akan
merusak sel janin dan menghambat serta mengganggu
proses organogenesis. Akibat yang di timbulkan akan berbeda pada setiap usia
kehamilan. Berikut adalah jabarannya:
NO
|
Usia kehamilan
|
Kelainan
|
1
|
2 minggu hingga 1 bulan
|
50% terjadi aborsi
|
2
|
4 sampai 6 minggu
|
Kerusakan pada lensa mata
|
3
|
5 sampai 10 minggu
|
Katarak
|
4
|
4 sampai 9 minggu
|
Kelainan pada jantung
|
5
|
8 sampai 12 minggu
|
Deafness
|
Tanda
dan Gejala serta Komplikasi
Rubella menyebabkan sakit yang
ringan dan tidak spesifik pada orang dewasa, ditandai dengan cacar-seperti
ruam, demam, dan infeksi saluran pernapasan atas. Sebagian besar negara saat
ini memiliki program vaksin rubella untuk bayi dan wanita usia subur dan hal
ini merupakan bagian dari screening prakonsepsi. Ibu hamil secara rutin
diperiksa untuk antibody rubella dan jika tidak memiliki kekebalan akan segera
diberikan vaksin rubella pada periode postnatal. Fakta-fakta terkini
menganjurkan bahwa kehamilan yang disertai dengan pemberian vaksin rubella
tidak seberbahaya yang dipikirkan.
Infeksi
terberat terjadi pada trimester pertama dengan lebih dari 85% bayi ikut
terinfeksi. Bayi mengalami viraemia, yang menghambat pembelahan sel dan
menyebabkan kerusakan perkembangan organ. Janin terinfeksi dalam 8 minggu
pertama kehamilan. Oleh karena itu memiliki resiko yang sangat tinggi untuk
mengalami multiple defek yang mempengaruhi mata, system kardiovaskuler,
telinga, dan system saraf. Aborsi spontan mungkin saja terjadi. Ketulian
neurosensori seringkali disebabkan oleh infeksi setelah gestasi 14 minggu dan
beresiko kerusakan janin sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir, restriksi
pertumbuhan intrauterine biasanya disertai hepatitis, trombositopenia, dan
penyakit nerologis seperti mikrosefali atau hidrosefali.
Bayi-bayi
ini sangat infeksius dan bisa mengeluarkan virus rubella dari urinenya sampai
12 bulan. Mereka beresiko infeksi silang pada neonatus yang lain sebagaimana
ibu hamil. Pengisolasian diperlukan di rumah sakit dan harus dilakukan
perawatan intensif di rumah.
Kerusakan yang paling sering terjadi
pada janin akibat virus rubella biasanya berhubungan dengan 3
organ, mata, jantung , dan telinga. Akan tetapi masih ada cakupan lain dari
akibat yang timbul karena terinfeksi rubella, diantaranya:
o
Sistem saraf pusat : retardasi
mantal dan mikrosefalus.
o
System kardiovaskuler:
Myocarditis, necrosis jaringan.
o
Hati: Hepatitis dan jaundice.
o
Darah: throbositopenia, Anemi, dan
bone marrow damage
o
Sistem pencernaan : stenosis pylorik.
o
Ginjal: nefritis,stenosis arteri
renalis.
o
Tulang: osteoporosis.
o
Paru-paru : phenemonitis
o
Mata: kerusakan retina, gloukouma,
dan cludy conea.
o
Umum: IUGR (itra uterine growth
retadation)
Penatalaksanaan
Diagnosis
rubella kadang kala sulit ditegakkan. Bahkan hanya gambaran klinisnya yang
serupa dengan penyakit lain, namun juga kasus-kasus subklinis dengan viremia
dan infeksi pada embrio serta janin tidak terdapat. Tidak adanya antibodi
terhadap rubella menunjukan defisiensi imunitas. Adanya antibodi menandakan
adanya respon imun terhadap viremia rubella, yang mungkin sudah diperoleh di
suatu tempat sejak beberapa minggu atau bertahun-tahun sebelumnya. Jika
antibodi rubella maternal terlihat pada saat terpapar rubella atau sebelumnya,
maka kekhawatiran ibu bisa dikurangi karena kemungkinan janin terkena infeksi
tersebut sangat kecil.
Orang
yang tidak kebal dan mendapat viremia rubella akan memperlihatkan titer
antibodi yang puncaknya terjadi 1 hingga 2 minggu sesudah dimulainya gejala
ruam, atau 2 hingga 3 minggu sesudah onset viremia, mengingat viremia secara
klinis terlihat terlebih dahulu sebagai penyakit yang nyata sekitar 1 minggu
sebelumnya. Karena itu kecepatan respon antibodi dapat mempersulit serodiagnosis,
kecuali jika serum telah diambil terlebih dahulu dalam waktu beberapa hari
sesudah dimulainya gejala ruam. Jika misalnya, spesimen pertama diambil 10 hari
sesudah ruam, maka deteksi antibodi tidak akan berhasil membedakan diantara
kedua kemungkinan ini: bahwa penyakit yang baru saja terjadi benar-benar rubella.
Dan bahwa penyakit tersebut bukan rubella, namun orang tersebut sudah kebal
terhadap rubella.
Terlihatnya IgM yang spesifik pada
ibu hamil menunjukkan suatu infeksi primer dalam beberapa bulan. Preparat
kemoterapeutik atau antibodi yang akan mencegah viremia pada orang-orang yang
tidak kebal dan terpapar rubella, tidak terdapat. Penggunaan gamma globulin
untuk ini tidak dianjurkan.
Tanda
tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan
pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak.
Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan
bantuan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dan IgM.
Pemeriksaan
Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat
sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk
divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk
diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella
bawaan. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :
1.
Single radial haemolysis (SHR) test.
2.
Pemeriksaan serologi.
3. Pengambilan culture dari pharynx,
dan urine.
Jika hasilnya positif itu artinya telah terdapat lebih 15.000
IU/liter atau dengan rasio 1:10, dan artinya pasien tersebut telah memiliki imunitas
dan atau telah mendapatkan vaksinasi. Jika ketika hamil dilakukan tes ini, dan
hasil test kurang dari 1:8, maka wanita tersebut harus mendapatkan vaksin
rubella setelah melahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. James D.K. dkk. 2006. High Risk Pregnancy.
Philadelphia: Elsevir. Cunngingham F.Garry. dkk. 1995. Obstetri Williams.
Jakarta: EGC
2. Helen Varney. Dkk. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta: EGC Jensen Margareth D. 1993. Perawatan Maternitas dan Ginekologi.
Bandung: YIA-PKP Sellers, Pauline McCall. 1993. Midwifery. Cape Town: Creda
Press.
3.
Helen Varney, jan m. kriebs, Carolyn
L. Gegor buku ajar suhan kebidanan edisi 4 volume 1 hal 616, 617 2008
4.
Ilmu
penyakit kulit dan kelamin edisi kelima .Rony P. Handoko .2007.fakultas
kedokteran UI
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home