Tuesday, June 10, 2014

Rubella



Definisi
Merupakan penyakit kulit yang bisa menyebabkan lesi makulopapular. Apabila virus rubella terjadi pada perempuan hamil, bisa terjadi keguguran atau janin meninggal di dalam kandungan, paling tidak bayi lahir dengan cacat kongenital.
Rubella dikenal juga dengan cacar jerman atau cacar 3 hari, merupakan infeksi virus yang dijangkitkan oleh droplet (misalnya, droplet dari bersin orang yang terinfeksi). Demam, ruam dan lymphedemia ringan biasanya terlihat pada ibu yang terinfeksi. Konsekuensi pada janin lebih serius dan mencakup keguguran, anomali bawaan (mengacu pada sindrom rubella bawaan) dan kematian. Vaksinasi wanita hamil bersifat kontraindikasi karena infeksi rubella dapat berkembang setelah vaksinasi dilakukan sebagai bagian dari konsultasi prekonsepsional, vaksin rubella diberikan kepada wanita yang tidak kebal terhadap rubella dan mereka dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi selama paling tidak 3 bulan setelah vaksinasi.

Etiologi dan Faktor Predisposisi


Virus ini pertamakali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah menjadi endemic di banyak Negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet. Periode inkubasinya adalah sekitar 14- 21 hari.

Patofisiologi
Virus rubella, akan merangsang tubuh untuk menghasilkan IgM dan IgG. Setelah minggu ke 14 kehamilan, akan ditemukan IgM dan IgG dalam tubuh janin. Virus akan merusak sel janin dan menghambat serta mengganggu proses organogenesis. Akibat yang di timbulkan akan berbeda pada setiap usia kehamilan. Berikut adalah jabarannya:

NO
Usia kehamilan
Kelainan
1
2 minggu hingga 1 bulan
50% terjadi aborsi
2
4 sampai 6 minggu
Kerusakan pada lensa mata
3
5 sampai 10 minggu
Katarak
4
4 sampai 9 minggu
Kelainan pada jantung
5
8 sampai 12 minggu
Deafness

Tanda dan Gejala serta Komplikasi
Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak spesifik pada orang dewasa, ditandai dengan cacar-seperti ruam, demam, dan infeksi saluran pernapasan atas. Sebagian besar negara saat ini memiliki program vaksin rubella untuk bayi dan wanita usia subur dan hal ini merupakan bagian dari screening prakonsepsi. Ibu hamil secara rutin diperiksa untuk antibody rubella dan jika tidak memiliki kekebalan akan segera diberikan vaksin rubella pada periode postnatal.  Fakta-fakta terkini menganjurkan bahwa kehamilan yang disertai dengan pemberian vaksin rubella tidak seberbahaya yang dipikirkan.

Infeksi terberat terjadi pada trimester pertama dengan lebih dari 85% bayi ikut terinfeksi. Bayi mengalami viraemia, yang menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan perkembangan organ. Janin terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan. Oleh karena itu memiliki resiko yang sangat tinggi untuk mengalami multiple defek yang mempengaruhi mata, system kardiovaskuler, telinga, dan system saraf. Aborsi spontan mungkin saja terjadi. Ketulian neurosensori seringkali disebabkan oleh infeksi setelah gestasi 14 minggu dan beresiko kerusakan janin sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir, restriksi pertumbuhan intrauterine biasanya disertai hepatitis, trombositopenia, dan penyakit nerologis seperti mikrosefali atau hidrosefali.
Bayi-bayi ini sangat infeksius dan bisa mengeluarkan virus rubella dari urinenya sampai 12 bulan. Mereka beresiko infeksi silang pada neonatus yang lain sebagaimana ibu hamil. Pengisolasian diperlukan di rumah sakit dan harus dilakukan perawatan intensif di rumah.
Kerusakan yang paling sering terjadi pada janin akibat virus rubella biasanya berhubungan dengan 3 organ, mata, jantung , dan telinga. Akan tetapi masih ada cakupan lain dari akibat yang timbul karena terinfeksi rubella, diantaranya:
o    Sistem saraf pusat : retardasi mantal dan mikrosefalus.
o    System kardiovaskuler: Myocarditis, necrosis jaringan.
o    Hati: Hepatitis dan jaundice.
o    Darah: throbositopenia, Anemi, dan bone marrow damage
o    Sistem pencernaan : stenosis pylorik.
o    Ginjal: nefritis,stenosis arteri renalis.
o    Tulang: osteoporosis.
o    Paru-paru : phenemonitis
o    Mata: kerusakan retina, gloukouma, dan cludy conea.
o    Umum: IUGR (itra uterine growth retadation)

Penatalaksanaan
Diagnosis rubella kadang kala sulit ditegakkan. Bahkan hanya gambaran klinisnya yang serupa dengan penyakit lain, namun juga kasus-kasus subklinis dengan viremia dan infeksi pada embrio serta janin tidak terdapat. Tidak adanya antibodi terhadap rubella menunjukan defisiensi imunitas. Adanya antibodi menandakan adanya respon imun terhadap viremia rubella, yang mungkin sudah diperoleh di suatu tempat sejak beberapa minggu atau bertahun-tahun sebelumnya. Jika antibodi rubella maternal terlihat pada saat terpapar rubella atau sebelumnya, maka kekhawatiran ibu bisa dikurangi karena kemungkinan janin terkena infeksi tersebut sangat kecil.
Orang yang tidak kebal dan mendapat viremia rubella akan memperlihatkan titer antibodi yang puncaknya terjadi 1 hingga 2 minggu sesudah dimulainya gejala ruam, atau 2 hingga 3 minggu sesudah onset viremia, mengingat viremia secara klinis terlihat terlebih dahulu sebagai penyakit yang nyata sekitar 1 minggu sebelumnya. Karena itu kecepatan respon antibodi dapat mempersulit serodiagnosis, kecuali jika serum telah diambil terlebih dahulu dalam waktu beberapa hari sesudah dimulainya gejala ruam. Jika misalnya, spesimen pertama diambil 10 hari sesudah ruam, maka deteksi antibodi tidak akan berhasil membedakan diantara kedua kemungkinan ini: bahwa penyakit yang baru saja terjadi benar-benar rubella. Dan bahwa penyakit tersebut bukan rubella, namun orang tersebut sudah kebal terhadap rubella.
Terlihatnya IgM yang spesifik pada ibu hamil menunjukkan suatu infeksi primer dalam beberapa bulan. Preparat kemoterapeutik atau antibodi yang akan mencegah viremia pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella, tidak terdapat. Penggunaan gamma globulin untuk  ini tidak dianjurkan.
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dan IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :
1.    Single radial haemolysis (SHR) test.
2.    Pemeriksaan serologi.
3.   Pengambilan culture dari pharynx, dan urine. 
     Jika hasilnya positif itu artinya telah terdapat lebih 15.000 IU/liter atau dengan rasio 1:10, dan artinya pasien tersebut telah memiliki imunitas  dan atau telah mendapatkan vaksinasi. Jika ketika hamil dilakukan tes ini, dan hasil test kurang dari 1:8, maka wanita tersebut harus mendapatkan vaksin rubella setelah melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA
1.   James D.K. dkk. 2006. High Risk Pregnancy. Philadelphia: Elsevir. Cunngingham F.Garry. dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
2.   Helen Varney. Dkk. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Jensen Margareth D. 1993. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung: YIA-PKP Sellers, Pauline McCall. 1993. Midwifery. Cape Town: Creda Press.
3.    Helen Varney, jan m. kriebs, Carolyn L. Gegor buku ajar suhan kebidanan edisi 4 volume 1 hal 616, 617 2008
4.     Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima .Rony P. Handoko .2007.fakultas kedokteran UI

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home