Tuesday, June 10, 2014

Herpes Simplex



Definisi
Herpes adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritomatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun sekunder. Ada tujuh virus yang dapat menyebabkan herpes yaitu Herpes Simplex Virus, Varizolla Zoster Virus (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr Virus (EBV), dan Human Herpes Virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel.

Etiologi dan Faktor Predisposisi
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus hominis DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic, dan lokasi klinis (tempat predileksi).


Patofisiologi
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema), dan diikuti dengan pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya dapat berkembang menjadi nanah diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).
Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, dan sinar ultraviolet.

Tanda dan Gejala serta Komplikasi
A.    Gejala Klinis     

Inveksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkatan, yaitu : Infeksi primer, infeksi laten, infeksi rekurens. Infeksi primer adalah tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada anak-anak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang yang menggigit jari (herpetic Whitlow). Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS tipe II mempenyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonates.
Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oro-genital, sehingga herpes yang terdapat pada daerah genital kadang-kadang disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh VHS tipe II.
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese, dan anoreksia. Selain itu dapat juga ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi kusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tnpa sikatriks. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibody virus herpes simpleks. Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks.
Infeksi Laten yaitu pada fase ini tidak akan detemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. Sedangkan pada infeksi rekurens ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, denga mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang.
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal local sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat di sekitarnya (non loco).
B.    Pemeriksaan Pembantu Diagnosis
Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakan. Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibody VHS. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
C.    Diagnosa Banding
Herpes simpleks di daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan impetigo bulosa. Pada daerah genitalia harus dibedakan dengan ulkus durum, ulkus mole, dan ulkus mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit limfogranuloma venerum.

Penatalaksanaan
Hingga saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah fase rekurens secara tuntas. Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salep/krim yang mengandung preparat idoksuridin  (stoxill, viruguent, viruguent-P) dengan cara aplikasi, yang sering dengan interval beberapa  jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang dipakai secara topical dapat mengganggu replikasi DNA virus. Pengobatan klinis hanya bermanfaat jika penyakit sedang aktif. Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.
Pengobatan oral berupa preparat asiklovir, tampaknya memberikan hasil yang lebih baik. Fase aktif menjadi lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang. Dengan dosis 5 x 200 mg sehari selama 5 hari.
Pengobatan parenteral dengan asiklovir terutama ditujukan pada penyakit yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam. Begitu pula dengan preparat adenine arabinosid (vitarabin). Interferon sebuah preparat glikoprotein yang dapat menghambat reproduksi virus, juga dapat menghambat reproduksi virus juga dapat dipakai secara parenteral.
Untuk mencegah rekurens berbagai usaha yang dilakukan dengan tujuanmeningkatkan imunitas-imunitas selular dengan memberi levamisol dan isoprinosin atau asiklovir secara berkala,menurut beberapa penelitian memberikan hasil yang baik. Efek levamisol dan isoprinosin ialah sebagai imunostimulator. Pemberian vaksinasi cacar sekarang tidak lagi digunakan.

Herpes Genitalis pada Kehamilan
Bila pada kehamilan timbul herpes genitalis, maka perlu mendapat perawatan yang serius, karena melalui plasenta virus dapat sampai ke sirkulasi fetal, serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neorologik atau kelainan organ seperti mata.
Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis, keratokonjungtivitis, atau hepatitis, disamping itu dapat juga timbul lesi pada kulit. Beberapa ahli kandungan memilih partus dengan SC, bila saat partus ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini diambil sebelum selaput amnion pecah atau paling lambat 6 jam setelah selaput amnion pecah.
Di amerika frekueansi herpes neonataladalah 1 per 7500 kelahiran hidup. Bila transmisi terjadi pada trimester I cenderung terjadi abortus; sedangkan bila pada trimester II akan terjadi prematuritas. Selain itu dapat terjadi transmisi pada saat intra partum.


Prognosis
Selama pencegahan rekurens masih merupakan masalah, hal tersebut secara psikologis akan menjadi beban bagi penderita. Pengobatan secara dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang.
Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya pada penyakit-penyakit  dengan tumor di  system retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat lemah menyebabkan infeksi ini dapat menyebar kea alat-alat dalam dan menjadi fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA
1.   James D.K. dkk. 2006. High Risk Pregnancy. Philadelphia: Elsevir. Cunngingham F.Garry. dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
2.   Helen Varney. Dkk. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Jensen Margareth D. 1993. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung: YIA-PKP Sellers, Pauline McCall. 1993. Midwifery. Cape Town: Creda Press.
3.    Helen Varney, jan m. kriebs, Carolyn L. Gegor buku ajar suhan kebidanan edisi 4 volume 1 hal 616, 617 2008
4.     Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima .Rony P. Handoko .2007.fakultas kedokteran UI

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home