Tuesday, June 10, 2014

Citomegalovirus (CMV)



Definisi

Citomegalovirus (CMV) adalah salah satu anggota kelompok virus herpes simplex tipe 1 dan 2, virus varicela zoster (penyebab cacar air), dan virus Epstein – Bar (penyebab mononukleosis yang menular). CMV dapat timbul disertai oleh beberapa gejala dan timbul dalam jangka waktu yang tidak lama. Seperti halnya virus lain begitu menginfeksi seseorang, virus ini akan akan menetap seumur hidup dan kembali aktif pada waktu tertentu. Biasanya, infeksi selanjutnya bersifat ringan atau tanpa gejala sama sekali. Masalah psikologi seperti stress berat atau penurunan kekebalan tubuh berpotensi menyebabkan tejadinya infeksi klinis. Perlu diketahui bahwa CMV merupakan infeksi virus yang paling sering ditularkan pada janin yang sedang berkembang sebelum dilahirkan. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah. 

Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penularan CMV akan terjadi jika ada kontak langsung dengan cairan tubuh penderita seperti air seni, air ludah, darah, air mata, sperma dan air susu ibu. Bisa juga terjadi karena transplatasi organ. Kebanyakan penularan terjadi karena cairan tubuh penderita menyentuh tangan individu yang rentan. Kemudian diabsorpsi melalui hidung dan tangan. Teknik mencuci tangan dengan sederhana menggunakan sabun cukup efektih untuk membuang virus dari tangan. Golongan sosial ekonomi rendah lebih rentan terkena infeksi. Rumah sakit juga merupakan tempat penularan virus ini, terutama unit dialisis, perawatan neonatal dan ruang anak. Penularan melalui hubungan seksual juga dapat terjadi melalui cairan semen ataupun lendir endoserviks.
Virus juga dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala klinis.
Risiko infveksi kongenital CMV paling besar terdapat pada wanita yang sebelumnya  tidak pernah terinfeksi dan mereka yang terinfeksi pertama kali ketika hamil. Meskipun jarang, sitomegalovirus kongenital tetap dapat terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sitomegalovirus kongenital pada kehamilan terdahulu. Penularan dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan tetapi semakin muda umur kehamilan semakin berat gejala pada janinnya.
Infeksi CMV lebih sering terjadi di negara berkembang dan di masyarakat dengan status sosial ekonomi lebih rendah dan merupakan penyebab virus paling signifikan cacat lahir di negara-negara industri. CMV tampaknya memiliki dampak besar pada parameter kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan kematian.

Patofisiologi
Masa inkubasi CMV adalah setelah lahir 3-12 minggu, setelah transfusi 3-12 minggu, dan setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan.
Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini.

Tanda dan Gejala serta Komplikasi
Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya mereka tidak akan sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Namun jika ini merupakan inveksi primer, maka janin biasanya juga beresiko terinfeksi. Infekso tersebut baru dapat dikenali setelah bayi lahir. Diantara bayi tersebut baru dapat dikenali setelah bayi lahir. Diantara bayi yersebut hanya 30% diketahui terinfeksi didalam rahim dam kurang dari 15% akan menampakan gejala pada saat lahir. Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakkan virulensinya pada manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik atau subklinik., tetapi bila menimbulkan gejala akan tampak gejala antara lain:
1.    Mononukleosis-like syndrome yaitu demam yang tidak teratur selama 3 minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononukleosis ( tanpa tonsilitis atau faringitis dan limfadenopati servikal ). Kadang-kadang tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein-Barr dan dibedakan dari hasil tes heterofil yang negatif. Gejala ini biasanya self limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis, pneumonitis, ensefalitis, miokarditis dan lain-lain. Penting juga dibedakan dengan toksoplasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala serupa.
2.    Sindroma post transfusi. Viremia terjadi 3 – 8 minggu setelah transfusi. Tampak gambaran panas kriptogenik, splenomegali , kelainan biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada transplantasi ginjal.
3.    Penyakit sistemik luas antara lain pneumonitis yang mengancam jiwa yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien dengan kelainan sekunder dari proses imunologi ( seperti HIV tipe 1 atau 2 ).
4.    Hepatitis anikterik yang terutama terjadi pada anak-anak.
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis ( trimester I ) atau selama periode pertumbuhan dan perkembangan aktif ( trimester II ) dapat terjadi kelainan yang serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi intrauterin dengan embriopati.
Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus dapat menyebabkan prematur, mikrosefali, IUGR, kalsifikasi intrakranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktorius, sebagian besar terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus, purpura trombositopeni, DIC.
Infeksi pada trimester III berhubungan dengan kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatik atau pembentukan psikomotor. Bayi cenderung normal tetapi tetap berisiko terjadinya kurang pendengaran atau retardasi psikomotor. Meskipun infeksi sitomegalovirus merupakan infeksi yang paling sering terjadi yaitu 1 % dari seluruh persalinan tetapi hanya 5 – 10 % yang menunjukkan gejala tersebut diatas pada saat kelahiran.
Mortalitas infeksi kongenital cukup tinggi yaitu sebesar 20 – 30 % dan dari yang bertahan hidup 90 % akan menderita komplikasi lambat seperti retardasi mental, buta, defisit psikomotor, tuli dan lain-lain. Gejala lambat juga timbul pada 5 – 15 % dari mereka yang lahir asimptomatik seperti gangguan pendengaran tipe sensorik sebelum tahun kedua.
Virus juga dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala klinis.

Penatalaksanaan
Tidak ada terapi khusus untuk CMV pada individu yang sehat. Pasien dengan gangguan kekebalan dan mereka yang memiliki gejala mononukleosis atau gejala hepatitis diobati berdasarkan gejala yang timbul atau dengan terapi anti virus.
Yang penting dan perlu diperhatikan bagi wanita hamil yang seronegatif harus mencegah agar tidak terlalu sering kontak dengan anak-anak usia 2 – 4 tahun terutama yang diketahui menderita infeksi sitomegalovirus, dan selalu menjaga kebersihan diri dengan membiasakan selalu mencuci tangan setelah kontak dengan produk cairan anak-anak seperti muntahan, popok dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
1.   James D.K. dkk. 2006. High Risk Pregnancy. Philadelphia: Elsevir. Cunngingham F.Garry. dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
2.   Helen Varney. Dkk. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Jensen Margareth D. 1993. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung: YIA-PKP Sellers, Pauline McCall. 1993. Midwifery. Cape Town: Creda Press.
3.    Helen Varney, jan m. kriebs, Carolyn L. Gegor buku ajar suhan kebidanan edisi 4 volume 1 hal 616, 617 2008
4.     Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima .Rony P. Handoko .2007.fakultas kedokteran UI

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home