Varicella
Definisi
Selama ini, varisella atau lebih dikenal
penyakit cacar air oleh sebagian besar orang diketahui merupakan penyakit khas
yang menjangkit anak-anak. Varisella-zooster virus (VZV) merupakan salah satu
jenis dari delapan virus herpes yang diketahui menyebabkan infeksi pada manusia
dan penyebarannya mendunia. Infeksi VZV
menyebabkan dua bentuk klinis yang berbeda, ialah varisella atau cacar air yang
akan dibahas lebih lanjut dan herpes zoster (shingles). Varisella-zooster virus
yang selanjutnya disingkat VZV merupakan agen penyebab varisella (cacar air)
dan herpes zoster (shingles). VZV adalah
anggota dari family herpesviridae dengan
jenis yang lain yaitu herpes simpleks 1 dan 2, cytomegalovirus, virus
Epstein-Barr dan virus herpes tipe 6,7,8. Varisella umumnya merupakan penyakit
ringan. Sembilan puluh persen kasus terjadi pada anak-anak berusia antara 1-14
tahun dengan hanya sekitar 2 persen yang terjadi pada orang dewasa 20 tahun
atau lebih. Varisella jarang menyebabkan masalah dalam kehamilan bagi ibu dan janin
yang dikandungnya.
Varisella (cacar air) adalah suatu infeksi
virus yang sangat menular, yang disebabkan oleh suatu bentuk herpes virus. Ia
dapat menetap laten (dormant) di dalam ganglia dorsal sel saraf dan akan
kembali aktif beberapa tahun kemudian sebagai herpes zoster (shingles). Infeksi
varisella yang terjadi selama kehamilan akan menimbulkan dampak serius pada ibu
atau janin. Antara 25 sampai 40 persen janin yang terpajan varisella di dalam
rahim akan terlahir dengan menunjukkan gejala varisella kongenital. Semakin muda usia kehamilan, semakin tinggi
risiko sindrom varisella kongenital. Risiko ini paling tinggi dalam 20 minggu
pertama kehamilan. Sindrom varisella kongenital dihubungkan dengan katarak,
korioretinitis, hipoplasia anggota gerak, hidronefrosis, mikrosefali, retardasi
mental, lesi dermatom, dan jaringan parut pada kulit.
Infeksi pada ibu, yang terjadi sejak enam
hari sebelum melahirkan hingga dua hari sesudahnya, dapat ditularkan ke bayi
baru lahir. Dengan demikian, pada situasi ini tidak ada cukup waktu bagi ibu
untuk membentuk system kekebalan pasif dari ibu. Kurang lebih lima persen bayi yang mengidap
varisella dari ibu akan meninggal. (Varney)
Walaupun
umumnya cacar air merupakan suatu penyakit yang ringan, namun pada wanita hamil
kadang-kadang bisa menjadi lebih berat dan dapat menyebabkan partus
prematurus. Disangka telah terjadi
penularan intrauterine apabila gelembung-gelembung timbul dalam 10 hari setelah
kelahiran. Frekuensi cacar bawaan tidak
lebih tinggi pada para bayi yang lahir dari para ibu yang menderita cacar air
dalam masa kehamilan.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
A. Etiologi
Varicella
disebabkan oleh infeksi virus Varicella Zoster, yang biasanya terjadi pada
anak-anak. Penyebaran penyakit ini umumnya terjadi melalui droplet pernapasan.
dan tidak ada predileksi jenis kelamin, suku dan ras (Lichenstein, 2002).
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut capsid yang
berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda
yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan
berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat
infeksius. Varicella Zoster Virus
dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak pertama dengan virus ini
akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut
primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan
kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster. Varicella
(chickenpox) merupakan suatu bentuk infeksi primer virus Varicella
Zoster yang pertama kali
pada
individu yang berkontak langsung dengan virus tersebut sedangkan infeksi sekunder/rekuren
disebut Herpes Zoster/shingles (Bricker dkk., 1994)
B. Faktor Predisposisi
Penyakit ini bersifat kosmopolitan. Saat
ini sekitar 60 –90 x juta kasus varicela ditemukan di dunia tiap tahunnya.
Insidennya lebih banyak terjadi pada wilayah tropis dan semi tropis . Secara
universal insiden terbanyak terjadi pada usia 3-6 tahun. Hanya 5% kasus yang
terjadi pada usia kurang dari 15 tahun, dan hanya 10 % kasus terjadi pada usia
di atas 14 tahun. Tetapi di wilayah AS Varisela banyak ditemukan pada usia
kurang dari 10 tahun. Sejak
pelaksanaan program vaksinasi intensif di dunia (1995 - sekarang ) insiden dan
morbiditas varisela menurun secara signifikan.
Patofisiologi
Virus
varisela zoster memasuki tubuh manusia melalui inhalasi (aerogen ) yaitu udara
yang berhubungan dengan pernapasan seperti batuk, bersin atau kontak langsung
dengan kulit yang terinfeksi. Saat virus varisela-zoster masuk ke dalam mukosa
dan pindah ke sekresi saluran pernapasan, ia akan berkolonisasi di traktus
respiratorius bagian atas. Virus
awalnya bermultiplikasi awal setempat. Kemudian virus menyebar kekelenjar limfe
regional di sekitar traktus respiratorius, pada 2-4 hari setelah terpapar awal,
lalu menyebar melalui aliran darah dan limfe seluruh tubuh pada 4-6 hari sesudah
paparan awal. (inilah yang disebut viremia
primer ).
Lalu
Virus ini mencapai sel retikulo endotelial hepar, limpa, dan organ lainnya.
Seminggu kemudian (14 –16 hari sesudah paparan awal ), terjadilah viremia sekunder : Virus ini sudah bereplikasi cukup
banyak di sel retikulo-endotelial organ dalam dan pada kulit; akan menimbulkan
lesi. Sebenarnya pada saat virus bereplikasi, sudah dihambat oleh imunitas non
spesifik. Tetapi pada kebanyakan individu replikasi virus ini lebih dominan
dibandingkan imunitas tubuhnya, sehingga dalam waktu 2 minggu sesudah paparan
awal sudah terjadi viremia yang lebih hebat (viremia sekunder), seperti yang
telah dijelaskan di atas.
Masuknya virus dan disertai masa inkubasi
adalah selama 17-21 hari, lalu pada saat tersebut akan terjadi penyebaran
secara subklinis. Lesi pada kulit akan timbul dan menyebar bila infeksi masuk
pada viremia sekunder. Viremia sekunder ini juga dapat mencapai sistem
respirasi kembali, sebelum menimbulkan lesi khas pada kulit. Hal inilah yang menyebabkan
varisela sangat menular sebelum lesi khas muncul. Kerusakan pada SSP dan hepar
juga mungkin terjadi pada stadium ini. (encephalitis dan hepatitis).
Tanda dan Gejala
Gejala awal pada
penderita infeksi varicella zoster yaitu:
a. Demam, malaise,
myalgia, arthralgia.
b. Discrete pruritic
rash
c. Batuk kering,
dispnea, fever, hemoptysi/ nyeri dada pleuritic bisa sekitar 1-6 hari setelah
bintik-bintik pecah. (gejala pneumonia)
d. Sakit kepala,
drowsiness, konvulsi/kejang, ataksia, altered sensorium (gejala encephalitis).
e. Perdarahan pada
membrane mukosa, (gejala sekunder pada penderita trombositopenia ) (Hashmey
& shandra, 1996; Russel, 1992; Shannon, 1995).
f. Pada permulaannya,
penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa
lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus
yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran
kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu
diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Komplikasi
Varicella selama kehamilan diperkirakan terjadi 1/2000
kehamilan (American Obstetricians and Gynechologist, ACOG, 1993; Ghidini &
Lynch, 1993). Infeksi varicella akut terjadi pada 1:7500 kehamilan (www.koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/03).
5– 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella
zoster. Seperti dikutip
dari Dermatology.about.com, Senin (10/5/2010) infeksi cacar air saat hamil terjadi sekitar
0,05-0,07 persen. Jumlah kecil karena sebagian besar perempuan subur sudah
memiliki kekebalan terhadap virus varicella. Tapi jika cacar air diperoleh saat
trimester ketiga, maka risiko pneumonia varicella lebih besar terjadi.
Pneumonia varicella adalah salah satu infeksi yang berpotensi mengancam
kehidupan paru-paru akibat virus varicella. Cacar air yang terjadi saat trimester pertama kehamilan
terutama pada minggu ke 8-12, memiliki risiko sindrom varicella kongenital
sebesar 2,2 persen yaitu sindrom cacat lahir pada bayi. Kondisi paling umum dari varicella kongenital adalah
jaringan parut pada kulit, kelainan lain yang bisa mencakup kepala, masalah
mata, berat badan bayi lahir rendah dan keterbelakangan mental. Tapi jika infeksi cacar air ini terjadi saat mendekati
waktu kelahiran atau sekitar 1 minggu sebelum kelahiran, maka bayi berisiko
tertular infeksi varicella. Penyebaran
infeksi varicella ini terjadi ketika virus menginfeksi bayi yang baru lahir
sebelum antibodi pelindung dari ibu ditransfer ke bayi. Infeksi virus ini bisa
menyebabkan kematian bayi sebesar 25 persen. Sedangkan jika infeksi cacar air terjadi antara waktu
kehamilan 20 minggu hingga mendekati kelahiran tidak terlalu berisiko bagi
bayi. Tapi risiko lebih besar untuk ibunya. Sang ibu punya peluang terkena
pneumonia varisella sekitar 10 persen yang bisa berakibat parah dan mengancam
jiwa.
Risiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu
menderita penyakit pada kehamilan antara 13 – 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi
terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu. Bila infeksi pada ibu terlihat
dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko infeksi janin pasca
persalinan adalah 24%. Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21
hari sebelum persalinan dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan
dan “self limiting”, seperti yang dikatakan Freij & Sever pada tahun 1995,
bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21 hari sebelum persalinan
dan lesi pada neonatal terjadi pada hari ke 4 kehidupannya karena efek antibodi
ibu, prognosisnya baik dan hampir tidak ada risiko mortalitas. Bila infeksi
terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi
hebat dengan mortalitas 30%. Aborsi spontan, persalinan prematur, kematian
janin adalah sebagai konsekuensi infeksi varicella maternal.
Bila terjadi dalam 5 hari sebelum melahirkan hingga 2 hari
pasca persalinan akan terjadi infeksi pada neonatal sebesar 25% dan rata-rata
mortalitas 20-30%. Pada kasus tersebut lesi pada neonatal muncul 5-10 hari
setelah dilahirkan (Champ & Duff, 1883; freij & Sever, 1995; Gershon,
1988).
Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada
neonatus dalam jangka waktu 72 jam pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta
dan selaput ketuban adalah bahan yang sangat infeksius. Pada ibu hamil yang
terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus varicella
zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak
dapat segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu
6 minggu pasca paparan. Imunisasi varicella tidak boleh dilakukan pada
kehamilan oleh karena vaksin terdiri dari virus yang dilemahkan. Pada masa
kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering terjadi dan bila
terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin. Bila serangan Herpes
Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat ditularkan
secara langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah.
Pada
waktu dahulu, komplikasi yang paling sering terjadi pada varisela adalah
superinfeksi bakteri pada lesi kulit yang terkena. Streptokus beta hemolitikus
dan stafilokokus merupakan penyebab bakteri yang paling sering. Komplikasi yang jarang
terjadi adalah ataksia serebelar (dapat berlanjut menjadi koma), arthritis,
nefritis, perikarditis dan miokarditis. Sindroma Reye secara umum terbatas pada
mereka yang berusia dibawah 15 tahun dan menjadi jarang sejak adanya penggunaan
aspirin. Ibu hamil yang terinfeksi dapat
mengalami persalinan prematur, kematian janin, kemungkinan disebabkan karena
produksi dari mediator inflamasi, tetapi tidak menyebabkan terjadi abortus
spontan.
Penatalaksanaan
Varicella
ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan
daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi pengobatan “Asiklovir” berupa
tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun
ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan
tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan “PK”
sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.
Setelah
masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang
ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah
mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari
buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur.Vitamin E untuk kelembaban
kulit bisa didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat
luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk menghindari iritasi lebih
lanjut.
Pada
infeksi yang terjadi pada akhir kehamilan (secara kesepakatan ditetapkan 5 hari
sebelum atau sesudah kelahiran) memunculkan risiko transmisi vertikal, yang
dapat mengakibatkan bayi baru lahir mengalami infeksi varicella berat. Pada
pasien dengan status imun rendah, bayi baru lahir, dan ibu hamil, bila sudah
terjadi infeksi, prinsip terapi adalah suportif dan pemberian anti viral sesuai
indikasi. Anti viral terpilih adalah acyclovir, yang akan bekerja efektif bila
diberikan dalam 72 jam pertama sesudah munculnya lesi. Indikasi mutlak
pemberian terapi anti viral meliputi status imun rendah, manifestasi klinis
berat, serta kehamilan trimester ke-3.
Pasien
dengan varicella perlu dirawat bila keadaan umum lemah, lesi luas, atau untuk
keperluan isolasi. cacar air dengan mudah menular pada orang lain. Untuk mencegah
penularan, terutama pada bayi atau wanita hamil yang belum pernah terinfeksi,
jauhkan mereka dari penderita paling tidak selama 21 – 28 hari. Ibu hamil yang
pernah terinfeksi Chickenpox mempunyai kekebalan terhadap virus tersebut.
Antibodi yang dimiliki ibu ditransfer ke janin melalui Plasenta. Oleh sebab
itu, ibu hamil yang sudah memiliki kekebalan tidak perlu khawatir terjadi
komplikasi terhadap dirinya maupun bayinya bila berdekatan dengan orang yang
menderita Chickenpox. Bila ibu tidak yakin sudah mempunyai kekebalan atau
belum, bisa dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui tingkat kekebalan.
Bila
tubuh memang belum memiliki kekebalan dan ibu harus berhadapan dengan orang
yang menderita chickenpox, bisa diberikan zoster immune globulin (ZIG) pada hari
keempat sejak terpapar penderita chickenpox. Ibu tidak bisa diberi vaksin
chickepox, bila sedang hamil.
Penatalaksanaan
terdiri dari terapi simptomatik namun harus dilakukan pemeriksaan sinar x torak
untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia mengingat bahwa komplikasi pneumonia
terjadi pada 16% kasus dan mortalitas sampai diatas 40%. Bila terjadi pneumonia
maka perawatan harus dilakukan di rumah sakit dan diterapi dengan antiviral
oleh karena perubahan dekompensasi akan sangat cepat terjadi.
Pada
ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan
virus varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil
pemeriksaan tidak dapat segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG
dalam jangka waktu 6 minggu pasca paparan. Imunisasi varicella tidak boleh
dilakukan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri dari virus yang dilemahkan.
Varisela pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan kongenital
sedangkan infeksi ibu hamil menjelang melahirkan dapat terjadi varisela
kongenital. Pada masa kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering
terjadi dan bila terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin. Bila
serangan Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat
ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah.
Perempuan yang terkena cacar air selama kehamilan
bisa ditangani dengan obat antiviral acyclovir (Zovirax) yang cukup aman bagi
kehamilan. Tapi jika kondisi yang terjadi pada sang ibu cukup parah, maka
sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mencegah komplikasi serius yang mungkin
terjadi. Namun, bagi bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terkena infeksi cacar air beberapa hari sebelum
kelahiran, harus diberikan VZIg (Varicella-Zoster Ig) sesaat setelah lahir.
Sedangkan jika bayi mengembangkan varicella saat dua minggu kehidupan
pertamanya harus ditangani dengan acyclovir IV. Sebaiknya semua perempuan harus
ditanyakan mengenai riwayat infeksi cacar air sebelumnya atau mengenai
imunisasi saat kunjungan pertama kehamilannya. Beberapa ahli menuturkan, ibu hamil sebaiknya
mendapatkan tes antibodi saat kunjungan pertama kehamilannya untuk mengetahui
adakah antibodi terhadap virus variella di dalam tubuh sang ibu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.
Gary, dkk.2004.Obstetri Williams.Jakarta : EGC.
2. Varney, Helen, dkk.
2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
5. http://www.uptodate.com/contents/clinical-features-of-varicella-zoster-virus
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home